Liputan6.com, Jakarta - Jelang akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau lesu. Pada perdagangan hari ini, Kamis 19 Desember 2024, IHSG turun 1,84 persen ke posisi 6.977,24. IHSG dibuka pada posisi 7.107,88 dan terjerembab di zona merah hingga sentuh posisi terendah di 6.951,05.
Dalam sepekan terakhir, IHSG turun 5,53 persen. Meski begitu, Head of Research Division Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis IHSG akan kembali bangkit dan mencatatkan rekor baru tahun depan. Keyakinan itu merujuk pada perkembangan pasar modal dari beberapa sisi. Sepert perkembangan dari sisi supply (produk) maupun dari sisi demand dalam hal ini investor.
Baca Juga
"All time high di tahun ini 7.905. Saya cukup yakin tahun depan kita bisa all time high baru lagi, di tahun 2025," kata Verdi dalam edukasi wartawan pasar modal, Kamis (19/12/2024).
Advertisement
Hingga 17 Desember 2024, KSEI mencatat total investor pasar modal Indonesia mencapai 14,75 juta SID, tumbuh 21 persen dibandingkan total investor pada akhir tahun lalu yang tercatat sebanyak 12,16 juta SID. Dari sisi supply, Bursa belum lama ini meluncurkan produk single stock future (SSF) untuk mendongkrak transaksi di pasar modal.
Ke depannya, perkembangan ini diharapkan bisa membawa kapitalisasi pasar modal RI mencapai USD 1 triliun pada 2025. "Market cap kita itu saat ini sekitar Rp 12-13 triliun atau USD 881 miliar. Kita cukup yakin tahun depan bisa USD 1 triliun. Entah itu kena kenaikan harga, karena ada IPO baru, atau misalnya pergerakan rupiah," kata Verdi.
The Fed Beri Sinyal Pangkas Suku Bunga 50 bps pada 2025 Tekan IHSG
Sebelumnya, Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) yang indikasikan akan memangkas suku bunga hanya dua kali pada 2025 menekan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis, 19 Desember 2024.
Mengutip data RTI, Kamis, 19 Desember 2024, pukul 15.00 WIB, IHSG susut 1,82 persen ke posisi 6.978. Indeks LQ45 merosot 1,82 persen ke posisi 818. Seluruh indeks saham acuan tertekan.
Sebanyak 542 saham memerah sehingga menekan IHSG. 91 saham menguat dan 154 saham diam di tempat. IHSG berada di level tertinggi 7.110,31 dan level terendah 6.953,05. Total frekuensi perdagangan 1.064.296 kali dengan volume perdagangan 16,5 miliar saham. Nilai transaksi Rp 10,2 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, suku bunga the Fed susut 25 bps pada Desember 2024 telah sesuai dengan harapan pasar. "Ini akan berdampak positif pada ekonomi domestik Amerika Serikat,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Akan tetapi, the Fed mengindikasikan hanya memangkas suku bunga sebanyak dua kali menjadi sentimen negatif.
"Namun demikian, yang dicermati oleh investor adalah perihal proyeksi pemangkasan suku bunga acuan The Fed di 2025 hanya menjadi total 50bps saja dari yang sebelumnya sebesar total 100bps,” kata Herditya.
Herditya perkirakan, hal itu menjadi “kekecewaan” para investor. Di mana nampak dari pergerakan bursa AS yang terkoreksi cukup dalam.
Indeks Dow Jones merosot 2,58 persen atau 1.123,03 poin ke posisi 42.326,87. Indeks S&P 500 tergelincir 2,95 persen atau 178,45 poin ke posisi 5.872,16. Indeks Nasdaq terpangkas 3,56 persen atau 716,37 poin ke posisi 19.392,69.
Advertisement
Strategi Investor
Tak hanya wall street atau bursa saham Amerika Serikat yang terdampak kebijakan the Fed, ia menuturkan, VIX indeks pun bergerak menguat 74 persen disertai dengan penguatan indeks dolar AS sebesar 1,18 persen yang kembali menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Saat ini rupiah di level 16.294 per dolar AS.
“Faktor eksternal ini yang diperkirakan pengaruhi pergerakan IHSG,” kata Herditya.
Seiring IHSG yang tertekan, Herditya menuturkan, investor dapat trading dalam jangka pendek-menengah dahulu. “Kami perkirakan masih ada potensi penurunan IHSG, meskipun saat ini sudah menutup area gapnya,” kata dia.
Seiring koreksi saham yang terjadi, Herditya mengatakan, investor dapat mencermati sektor saham keuangan dan energi.
The Fed Pangkas Suku Bunga
Sebelumnya, Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada Rabu, 18 Desember 2024 waktu setempat. Penurunan suku bunga acuan dalam tiga kali berturut-turut.
Selain itu, the Fed juga mengingatkan pemotongan suku bunga tambahan ke depan. Komite Pasar Terbuka Federal atau the Federal Open Market Committee (FOMC) memangkas suku bunga pinjaman menjadi 4,25 persen-4,5 persen, kembali ke level di mana suku bunga bergerak lebih tinggi pada Desember 2022. Adapun pemangkasan suku bunga itu telah diantisipasi pelaku pasar. Demikian mengutip CNBC, Kamis (19/12/2024).
Meski ada sedikit intrik atas keputusan itu sendiri, pertanyaan utamanya adalah tentang apa yang akan diisyaratkan the Fed tentang niat masa depannya. Seiring inflasi terus bertahan di atas target dan pertumbuhan ekonomi cukup solid, kondisi yang biasanya tidak bertepatan dengan pelonggaran kebijakan.
Seiring pemangkasan suku bunga acuan 25 bps, the Fed beri sinyal kemungkinan besar hanya akan menurunkan suku bunga dua kali lagi pada 2025, menurut matriks dot plot yang diawasi ketat dari masing-masing anggota.
Dengan asumsi kenaikan 25 bps, pejabat mengindikasikan dua pemangkasan suku bunga lagi pada 2026, dan satu lagi pada 2027. Dalam jangka panjang, komite melihat suku bunga dana “netral” pada 3 persen, 0,1 persen lebih tinggi dari pembaruan pada September seiring level itu telah berangsung-angsur naik pada 2024.
“Dengan tindakan hari ini (Rabu, 18 Desember 2024 waktu setempat) kami telah menurunkan suku bunga satu poin persentase penuh dari puncaknya, dan sikap kebijakan kami sekarang secara signifikan kurang ketat,” ujar Ketua The Fed Jerome Powell.
Advertisement