Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi memacu kemajuan pesat di industri jasa keuangan Indonesia. Salah satu instrumen penting adalah analisis teknikal, yang membantu memahami tren pasar dan memandu pengambilan keputusan investasi.
Secara garis besar, analisis teknikal adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi dan memprediksi pergerakan harga suatu aset, seperti saham, mata uang, atau komoditas, dengan menganalisis data historis pasar, terutama harga dan volume perdagangan.
Baca Juga
Teknik ini berfokus pada pola grafik, tren harga, dan indikator teknikal seperti moving averages, RSI (Relative Strength Index), dan MACD (Moving Average Convergence Divergence) untuk membantu para trader dan investor membuat keputusan investasi yang lebih informasional.
Advertisement
Analisis teknikal tidak memperhitungkan faktor fundamental seperti kondisi ekonomi atau laporan keuangan perusahaan. Sebaliknya, teknik ini berasumsi semua informasi yang diperlukan sudah tercermin dalam harga pasar dan volume transaksi, serta bahwa harga bergerak dalam tren yang dapat diprediksi.
Di Indonesia, peran analisis teknikal diperkuat oleh Asosiasi Analis Teknikal Indonesia (AATI), organisasi yang berdedikasi mengembangkan kompetensi analis melalui sertifikasi RTA, CTA, dan CTAD. Bendahara Umum AATI sekaligus IFTA Ambassador Asia Tenggara, Indrawijaya Rangkuti menekankan pentingnya standarisasi analisis teknikal untuk memastikan investasi berada di jalur yang tepat.
"Standarisasi analisis teknikal penting untuk menjaga integritas analis dan meminimalkan kesalahan interpretasi. Dukungan organisasi global seperti IFTA menjadikan AATI semakin relevan dalam membawa standar profesional ke tingkat internasional," kata dia, dikutip Minggu (22/12/2024).
Kolaborasi AATI
AATI berdiri resmi pada 6 Mei 2000, diprakarsai tokoh-tokoh seperti Muhammad Yusuf, Gideon M. Lapian, dan Muhammad Al-Fatih. Pada 2006, AATI bergabung penuh dengan IFTA, dan pada 2008, sertifikasi CFTe pertama berhasil diselenggarakan di Indonesia.
Saat ini, kepemimpinan AATI dinahkodai oleh Gideon M. Lapian selaku PLT Ketua Umum & Sekretaris Umum. Indrawijaya Rangkuti, CTAD sebagai Bendahara Umum, Muhammad Makky Dandytra, CFTe menangani Bidang Edukasi & Riset. Kemudian Mochamad Dzaky Nabil, CTA mengangani Bidang Media, serta Hendra Wardana, CTA menangani Bidang Hubungan Antar Lembaga.
"Kolaborasi AATI dengan BEI, perbankan, dan asuransi semakin memantapkan peran analisis teknikal dalam mendukung pertumbuhan pasar modal Indonesia. Dengan penguatan standar dan kompetensi, industri keuangan nasional semakin siap menghadapi pasar global," kata Indrawijaya. Dalam catatannya Indonesia dengan potensi pasar yang besar, berpeluang menyusul Jepang yang saat ini tercatat memiliki 3.000 analis. Kemudian di Jerman 1.300 analis dan Inggris 1.200 analis.
Advertisement
Kinerja IHSG Sepekan
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode 16—20 Desember 2024 pekan ini merosot 4,65% menjadi berada pada level 6.983,865 dari 7.324,789 pada pekan lalu.
Kapitalisasi pasar Bursa susut 3,28% menjadi Rp 12.191 triliun dari Rp12.604 triliun pada sepekan sebelumnya Rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa merosot sebesar 12,71% menjadi 1,08 juta kali transaksi dari 1,24 juta kali transaksi pada pekan lalu.
Selama sepekan, rata-rata nilai transaksi harian Bursa melemah sebesar 39,36% menjadi Rp 12,25 triliun dari Rp 20,19 triliun pada pekan sebelumnya.
Rata-rata volume transaksi harian Bursa sepekan terpangkas 17,71% menjadi 19,19 miliar lembar saham dari 23,32 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya. Pada Jumat, 20 Desember 2024, investor asing mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp 417,99 miliar dan investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp 15,84 triliun sepanjang tahun 2024.