PT Indofarma Tbk (INAF) mengaku siap mengalokasikan dana investasi hingga Rp 50 miliar guna memenuhi ketentuan cara pembuatan obat yang baik (CPOB) sebagaimana persyaratan Badan Pengelola Obat dan Makanan (BPOM) atas fasilitas produksi industri obat-obatan dan pendukungnya. Dana itu masing-masing akan dialokasikan sebesra Rp 30 miliar pada 2013 dan Rp 20 miliar di 2014.
Selain anggaran untuk memenuhi ketentuan CPOB tersebut, perusahaan farmasi milik pemerintah ini juga telah menganggarkan investasi bangunan senilai Rp 60 miliar dan mesin Rp 33 miliar sebagai persiapan menghadapi pelaksanaan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS).
"Dana investasi itu dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi hingga dua kali lipat," ujar Direktur Utama PT Indofarma Tbk, Elfiana Rizaldi, dalam temu media di Hotel Century Park, Jakarta, Senin (13/5/2013).
Menurut Elfiana, perusahaan sendiri sudah merencanakan investasi bangunan untuk tahun depan dengan anggaran sebesar Rp 85 miliar dan investasi mesin sebesar Rp 35 miliar.
Sampai saat ini, Indofarma telah merealisasikan investasi hingga Rp 13 miliar. Sementara kebutuhan investasi di masa mendatang kini sudah sudah mulai dipersiapkan perusahaan. "Dana Rp 1 miliar untuk regulasi, Rp 11 miliar untuk mesin, sisanya untuk peralatan kantor lainnya," kata Elfiana
Indofarma mengaku tengah menjajaki proses pengembangan produk serum darah, khususnya albumin, serta produk onkologi (obat kanker) generik sebagai antisipasi peningkatan penyakit degeneratif, salah satu penyebab kematian utama, yang berkembang akibat gaya hidup, perubahan kondisi lingkungan udara, tanah, air dan penyebab lain yang semakin sulit dihindari.
"Tingginya kebutuhan akan produk obat-obatan dan tingginya harga produk mendorong kami untuk secara seksama memperhitungkan dan mempersiapkan fasilitas produksi bagi pemenuhan kebutuhan produk-produk ini dalam format generik," tegasnya.
Dengan harga yang lebih terjangkau bagi masyarakat, Indofarma berharap bisa memberikan dukungan bagi pelaksanaan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar oleh pemerintah. (Dis/Shd)
Selain anggaran untuk memenuhi ketentuan CPOB tersebut, perusahaan farmasi milik pemerintah ini juga telah menganggarkan investasi bangunan senilai Rp 60 miliar dan mesin Rp 33 miliar sebagai persiapan menghadapi pelaksanaan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS).
"Dana investasi itu dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi hingga dua kali lipat," ujar Direktur Utama PT Indofarma Tbk, Elfiana Rizaldi, dalam temu media di Hotel Century Park, Jakarta, Senin (13/5/2013).
Menurut Elfiana, perusahaan sendiri sudah merencanakan investasi bangunan untuk tahun depan dengan anggaran sebesar Rp 85 miliar dan investasi mesin sebesar Rp 35 miliar.
Sampai saat ini, Indofarma telah merealisasikan investasi hingga Rp 13 miliar. Sementara kebutuhan investasi di masa mendatang kini sudah sudah mulai dipersiapkan perusahaan. "Dana Rp 1 miliar untuk regulasi, Rp 11 miliar untuk mesin, sisanya untuk peralatan kantor lainnya," kata Elfiana
Indofarma mengaku tengah menjajaki proses pengembangan produk serum darah, khususnya albumin, serta produk onkologi (obat kanker) generik sebagai antisipasi peningkatan penyakit degeneratif, salah satu penyebab kematian utama, yang berkembang akibat gaya hidup, perubahan kondisi lingkungan udara, tanah, air dan penyebab lain yang semakin sulit dihindari.
"Tingginya kebutuhan akan produk obat-obatan dan tingginya harga produk mendorong kami untuk secara seksama memperhitungkan dan mempersiapkan fasilitas produksi bagi pemenuhan kebutuhan produk-produk ini dalam format generik," tegasnya.
Dengan harga yang lebih terjangkau bagi masyarakat, Indofarma berharap bisa memberikan dukungan bagi pelaksanaan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar oleh pemerintah. (Dis/Shd)