Liputan6.com, Jakarta - Antusiasme investor saham terhadap kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) mendorong saham teknologi teratas atau sering disebut dengan "Magnificent Seven" ke posisi yang gemilang.
Saham Tesla (TSLA), Meta (META), Amazon (AMZN), Alphabet (GOOG, GOOGL), dan Apple (AAPL) baru-baru ini mencapai rekor tertinggi sementara saham Nvidia (NVDA) membukukan kenaikan lebih dari 175% sepanjang 2024.
Baca Juga
Dikutip dari Yahoo Finance, Minggu (29/12/2024), investor saham diperkirakan akan meneruskan kehebohan kecerdasan buatan di tahun depan melanjutkan apa yang sudah terjadi pada 2024.
Advertisement
Saham-saham utilitas dan perangkat lunak akan terus diuntungkan dari taruhan besar perusahaan teknologi di AI. Kepala strategi ekuitas AS Goldman Sachs David Kostin memproyeksikan indeks acuan S&P 500 akan mencapai 6.500 pada akhir 2025 dan bahwa keuntungan pasar lainnya akan mendekati keuntungan saham teknologi berkapitalisasi besar.
"Yang terpenting bukan valuasi, tetapi pertumbuhan laba," kata Kostin dalam diskusi panel media Goldman Sachs 2025 dengan para wartawan.
Pertumbuhan laba yang cepat yang terlihat pada kapitalisasi besar selama 18 bulan terakhir diperkirakan akan melambat, sementara laba diperkirakan akan meningkat untuk 493 saham lainnya di S&P 500.
Tim strategi ekuitas BofA, yang dipimpin oleh Savita Subramanian, mengeluarkan target akhir tahun 2025 akan menyentuh 6.666 untuk S&P 500 yang mencakup perluasan laba yang sebagian didorong oleh AI.
"AI jelas berperan dalam laba tahun 2025," kata Subramanian kepada Yahoo Finance.
"Dan faktanya, salah satu alasan kami optimis dengan perluasan pendapatan adalah gagasan bahwa alih-alih semua orang menghabiskan belanja modal untuk teknologi, belanja modal teknologi justru meningkat, dan perusahaan teknologi semacam menghabiskan belanja modal untuk berbagai industri yang lebih luas."
Â
Belanja Modal
Sesuai dengan pendapat Subramanian, Microsoft (MSFT), Amazon, Alphabet, dan Meta sendiri diperkirakan akan meningkatkan belanja modal sebesar 42% pada 2024 dan 17% lagi pada 2025, sehingga total belanja mereka tahun depan menjadi USD 244 miliar.
Tidak semua belanja ini untuk chip AI. Perusahaan teknologi juga meningkatkan belanja untuk membayar daya yang dibutuhkan untuk menjalankan pusat data AI.
Selama diskusi panel prospek 2025 dengan para wartawan, Institut Investasi BlackRock menunjukkan bahwa daya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan satu pusat data kira-kira sama dengan jumlah daya rata-rata yang digunakan dalam sehari oleh seluruh Kota New York.
Hal ini membuat para ahli strategi, termasuk Subramanian dari BofA, optimis terhadap perusahaan-perusahaan yang terekspos pada bagian pengembangan teknologi tersebut, termasuk sektor Utilitas (XLU), yang sudah naik lebih dari 20% pada tahun 2024, sebagian didorong oleh optimisme AI.
Advertisement