Sukses

Cuan Awal Tahun, Intip Pilihan Saham saat January Effect

Umumnya pada bulan Januari ada fenomena yang disebut "January Effect" di pasar modal, dimana kecenderungan harga saham pada 2 minggu pertama atau sepanjang Januari akan mengalami kenaikan.

Liputan6.com, Jakarta - Awal tahun, sejumlah sentimen menarik uuntuk diperhatikan investor. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani menyebutkan, sentimen pertama gerak saham di Indonesia adalah FOMC Minutes. Pada Kamis minggu ini The Fed mengadakan pertemuan yang akan membahas kemungkinan hasil keputusan suku bunga yang akan diumumkan pada 30 Januari mendatang.

Umumnya ketika outlook terhadap kondisi ekonomi AS dan keputusan suku bunga yang disampaikan pada FOMC Minutes akan berpengaruh terhadap pergerakan market saham baik di AS sendiri maupun global.

Kedua, Non-Farm Payrolls Desember. Sehari setelahnya rilis data ketenagakerjaan AS yang memberikan gambaran kondisi ekonomi AS.

Berdasarkan konsensusnya, jumlah lapangan pekerjaan di luar pertanian untuk bulan Desember akan mencatatkan penurunan yang cukup signifikan dibanding bulan sebelumnya. Non-Farm Payrolls Desember diperkirakan akan mencatatkan lapangan pekerjaan sekitar 150rb dibandingkan bulan November yang sebesar 227 ribu.

"Apabila data yang keluar pada Jumat nanti sesuai dengan konsensus maka level ini merupakan level kedua terendah dalam 3 bulan terakhir, dimana pada Oktober lalu sempat mencatatkan level terendah seiring dengan force majeure badai Helene dan Milton yang menghantam Florida,” kata Dimas dalam keterangan resmi, Senin (6/1/2025).

Ketiga, Sentimen January Effect.

Sentimen terakhir di minggu ini berasal dari momentum seasonal. Umumnya pada bulan Januari ada fenomena yang disebut "January Effect" di pasar modal, dimana kecenderungan harga saham pada 2 minggu pertama atau sepanjang Januari akan mengalami kenaikan.

“Namun, jika kita lihat dari data yang ada hingga perdagangan terakhir di Minggu lalu menunjukkan probabilitas terjadinya fenomena musiman ini cenderung kecil,” imbuh Dimas.

 

2 dari 5 halaman

Keraguan

Dimas menyebutkan alasannya, dari sisi foreign flow masih mencatatkan outflow yang memberikan keraguan terhadap pergerakan IHSG. Selanjutnya, dilihat dari data historical dalam 5 tahun terakhir (2020-2024) dimana hanya terdapat 1 kali kenaikan yang terjadi di bulan Januari yaitu pada tahun 2022.

Artinya, probabilitas IHSG berakhir di zona hijau pada bulan Januari hanya sebesar 20% jika kita tarik data kinerja bulanan Januari dalam 5 tahun terakhir. Namun bukan tidak mungkin penguatan dapat terjadi di IHSG mulai dari minggu ini.

“Hal ini dapat terjadi karena siklus pergerakan sebuah saham atau indeks, di mana IHSG sudah bergerak konsisten turun sejak 4 bulan terakhir yang secara historikal IHSG cenderung berubah tren dari yang sudah berlangsung selama kurang lebih 4 bulan,” kata Dimas.

Ia mencontohkan yang paling dekat terjadi pada Maret-Juni 2024 lalu, di mana IHSG konsisten bergerak turun sebelum akhirnya mencetak level tertinggi sepanjang masanya yang terjadi setelahnya yaitu bulan September 2024.Berkaca pada sejumlah sentimen tersebut, PT Indo Premier Sekuritas merekomendasikan saham-saham ini untuk dicermati pada perdagangan sepekan ke depan 6-10 Januari 2025:

 

3 dari 5 halaman

Rekomendasi

1. Buy ASII (Current Price: 4.950, Entry: 4.950, Target Price: 5.100, Stop Loss: 4.880, Risk to Reward Ratio: 1:21).

Akumulasi yang dilakukan oleh investor asing di ASIl yang sudah terjadi sejak Agustus 2024. ASII menjadi saham yang memiliki historikal yang bagus selama momentum January Effect dalam 5 tahun terakhir dan berpotensi untuk mask fase uptrend setelah sideways yang terjadi disertai akumulasi oleh investor asing.

2. Buy on Breakout GOTO (Current Price: 78, Entry: 80, Target Price: 89, Stop Loss: 76, Risk to Reward Ratio: 1: 2,3).

GOTO telah masuk uptrend jangka menengah dan konsisten membentuk higher high dan higher low. Menariknya lagi, GOTO menjadi penopang IHSG pada pergerakan minggu lalu dan berpotensi berlanjut pada minggu ini ditambah momentum January Effect. Apabila breakout dari level 80 maka GOTO berhasil keluar dari sideways yang sudah terjadi dalam 1 tahun dan berpotensi untuk menguat hingga level 100.

3. Buy CUAN (Current Price: 12.000, Entry: 12.000, Target Price: 13.500, Stop Loss: 11.400, Risk to Reward Ratio: 1:2,5).

CUAN tertopang sentimen positif dari bisnis riil CUAN yang mulai memproduksi batu bara metalurgi melalui anak perusahaan. Selanjutnya, agenda penting emiten yang disampaikan pada public expose terakhir mengenai potensi tambahan sumber pendapatan yang berasal dari bisnis pasir silika dan tambang emas. Menariknya, akumulasi oleh investor asing berpotensi menjadi pilihan saham second liner oleh investor asing di momentum January Effect kali ini.

 

 

4 dari 5 halaman

Gerak IHSG Pekan Lalu

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup positif di level 7.164 atau menguat 1,82% dalam seminggu pada akhir perdagangan, Jumat, 3 Januari 2025. Jika melihat dari teknikal IHSG menggunakan time frame weekly, IHSG berpotensi untuk menguat hingga level 7.290-7.300 yang merupakan area resistance dan juga indikator EMA21 weekly.

Secara gambaran besar, apabila IHSG mampu menguat ke level tersebut dan berhasil bertahan maka IHSG berpotensi untuk naik hingga level 7.500 dan apabila ini terjadi maka IHSG berhasil keluar dari downtrend yang sudah berlangsung sejak September 2024.

"Namun apabila IHSG hanya mampu menguat ke level 7.290 - 7.300 dan mengalami pantulan maka IHSG masih melanjutkan trend penurunannya yang terjadi sejak September silam," jelas Dimas.

Ia menambahkan jika melihat data foreign flow yang masih mencatatkan outflow di pasar reguler hingga perdagangan terakhir maka probabilitas lebih besar untuk IHSG melanjutkan downtrendnya sejak September. Akan tetapi hal tersebut dapat batal apabila dana asing yang tiba-tiba tercatat masuk ke IHSG.

 

5 dari 5 halaman

Ditopang IDX Technology dan IDX Basic Materials

Penguatan IHSG pada pekan lalu tertopang 2 top gainers yakni IDX Technology dan IDX Basic Materials. IDX Technologymenguat 6,5% dalam sepekan kemarin yang disebabkan oleh kenaikan saham GOTO sebesar 23,8% di periode yang sama. GOTO naik cukup signifikan setelah terjadi false breakdown pada 27 Desember silam. Secara teknikal, GOTO menunjukan tren kenaikan yang berlangsung sejak September kemarin.

"Biasanya saham yang akan rally cenderung memberikan false signal seperti yang terjadi pada GOTO pada 27 Desember lalu, dan karena 2 hal di atas maka GOTO layak dipantau untuk trading jangka pendek," imbau Dimas.

Sementara itu, IDX Basic Materials dalam sepekan kemarin naik sebesar 2,9% ditopang oleh saham BRMS yang naik sebesar 30% dalam periode yang sama. BRMS berhasil kembali ditutup di atas indicator MA50 yang merupakan sinyal kenaikan untuk pergerakan jangka menengah. Apabila BRMS berhasil bertahan di atas level tersebut maka BRMS berpotensi untuk kembali bergerak di level 460.

Adapun 2 top losers pekan lalu yang menghambat laju IHSG adalah IDX Healthcare dan IDX Consumer Cyclicals. IDX Healthcare melemah 0,5% dalam sepekan kemarin karena relatif minim sentimen seiring dengan momentum Nataru dan juga kebijakan pemerintah terbaru salah satunya PPN 12% untuk barang dan jasa mewah.

Sementara itu, IDX Consumer Cyclicals dalam sepekan kemarin turun sebesar 0,3% dan menjadi sektor yang mengalami rotasi dalam menjaga pergerakan IHSG. Pelemahan yang terjadi pada sektor ini juga disebabkan minimnya sentimen yang ada.

Video Terkini