Sukses

Saham Pizza Hut Indonesia Terbang 34,51% Usai Diborong Pemberton Asian Opportunities Fund

Saham pengelola jaringan Pizza Hut Indonesia, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) naik signifikan pada perdagangan hari ini, Senin 6 Januari 2024.

Liputan6.com, Jakarta Saham pengelola jaringan Pizza Hut Indonesia, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) naik signifikan pada perdagangan hari ini, Senin 6 Januari 2024. Saham Pizza Hut naik 34,51 persen ke posisi 152.

Kenaikan signifikan ini terjadi usai perusahaan mengumumkan adanya perubahan kepemilikan oleh pemegang saham. Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Pemberton Asian Opportunities Fund tercatat membeli 40 juta lembar saham PZZA dengan harga Rp 128 per saham atau seluruhnya senilai Rp 5,12 miliar.

Transaksi tersebut dilakukan pada 12 Desember 2024. Seteah transaksi, kepemilikan Pemberton Asian Opportunities Fund atas saham PZZA naik menjadi 190 juta lembar atau setara 6,29 persen.

Sebelumnya, Pemberton Asian Opportunities Fund tercatat memiliki 150 juta saham PZZA atau setara 4,96 persen.

Tak berselang lama, Pemberton Asian Opportunities Fund kembali melakukan pembelian saham PZZA pada 3 Januari 2025. Kali ini, Pemberton Asian Opportunities Fund memborong 32 juta lembar saham PZZA dengan harga Rp 113 per saham atau total seluruhnya mencapai Rp 3,6 miliar.

Usai transaksi, kepemilikan Pemberton Asian Opportunities Fund atas saham perseroan menjadi 242 juta lembar atau setara 8,01 persen. Adapun tujuan transaksi ini adalah untuk investasi dengan status kepemilikan langsung.

2 dari 2 halaman

Cuan Awal Tahun, Intip Pilihan Saham saat January Effect

Awal tahun, sejumlah sentimen menarik uuntuk diperhatikan investor. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani menyebutkan, sentimen pertama gerak saham di Indonesia adalah FOMC Minutes. Pada Kamis minggu ini The Fed mengadakan pertemuan yang akan membahas kemungkinan hasil keputusan suku bunga yang akan diumumkan pada 30 Januari mendatang.

Umumnya ketika outlook terhadap kondisi ekonomi AS dan keputusan suku bunga yang disampaikan pada FOMC Minutes akan berpengaruh terhadap pergerakan market saham baik di AS sendiri maupun global.

Kedua, Non-Farm Payrolls Desember. Sehari setelahnya rilis data ketenagakerjaan AS yang memberikan gambaran kondisi ekonomi AS.

Berdasarkan konsensusnya, jumlah lapangan pekerjaan di luar pertanian untuk bulan Desember akan mencatatkan penurunan yang cukup signifikan dibanding bulan sebelumnya. Non-Farm Payrolls Desember diperkirakan akan mencatatkan lapangan pekerjaan sekitar 150rb dibandingkan bulan November yang sebesar 227 ribu.

"Apabila data yang keluar pada Jumat nanti sesuai dengan konsensus maka level ini merupakan level kedua terendah dalam 3 bulan terakhir, dimana pada Oktober lalu sempat mencatatkan level terendah seiring dengan force majeure badai Helene dan Milton yang menghantam Florida,” kata Dimas dalam keterangan resmi, Senin (6/1/2025).

Ketiga, Sentimen January Effect.

Sentimen terakhir di minggu ini berasal dari momentum seasonal. Umumnya pada bulan Januari ada fenomena yang disebut "January Effect" di pasar modal, dimana kecenderungan harga saham pada 2 minggu pertama atau sepanjang Januari akan mengalami kenaikan.

“Namun, jika kita lihat dari data yang ada hingga perdagangan terakhir di Minggu lalu menunjukkan probabilitas terjadinya fenomena musiman ini cenderung kecil,” imbuh Dimas.

Video Terkini