Sukses

Sri Mulyani Usul Pembelajaran Saham Mulai SD, Ini Kata Pengamat

Pengamat pasar modal dan pakar pendidikan merespons terkait usulan Menteri Keuangan Sri Mulyani supaya pembelajaran saham masuk kurikulum di Sekolah Dasar (SD).

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani usul pendidikan pasar modal dapat dilakukan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD). Lalu apa kata pengamat pasar modal terkait hal itu?

Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy menuturkan,  instrumen saham dapat dikenalkan kepada siswa Sekolah Dasar (SD). Ia menilai, mengenalkan instrumen saham kepada siswa SD seperti investasi untuk jangka panjang. “Tidak apa-apa (mengenalkan saham kepada siswa SD-red). Hanya untuk mengenalkan sebagai ilmu, itu tidak apa-apa,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (7/1/2025).

Akan tetapi, menurut Budi, hal penting juga untuk mengenalkan investasi saham kepada orangtua. “Kalau anaknya mengerti saham, tetapi orangtuanya belum paham itu juga tidak efektif. Jadi orangtua juga harus diberikan edukasi,” ujar dia.

Budi menilai untuk meningkatkan jumlah investor saham di pasar modal juga bisa lewat edukasi mulai dari mahasiswa. Selain itu, mengenalkan investasi saham kepada karyawan dari emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Di BEI ada 943 emiten. Kenalkan saham kepada karyawan di emiten tersebut. Coba kalau ada 100-200 karyawan bisa tambah jutaan (investor-red). Selain itu, Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga cukup banyak,” kata dia.

Kata Pakar Pendidikan

Sementara itu, Pakar Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Holy Ichda Wahyuni menuturkan, kebijakan ini perlu dikaji ulang dengan riset dan pengkajian mendalam.

“Karena memasukkan unsur baru dalam kurikulum tentu banyak sekali aspek yang menjadi pertimbangan, dan kesiapan yang matang terhadap berbagai instrumen,” kata Holy, Jumat, 3 Januari 2025, seperti dikutip dari laman um-surabaya.ac.id, Selasa (7/1/2025).

 

 

 

2 dari 3 halaman

Pengenalan Dasar Literasi Keuangan

Baik instrumen yang sifatnya pokok dan pendukung yang harus didesain khusus untuk dapat memformat kompleksitas materi saham ke dalam dunia anak Sekolah Dasar (SD).

Dosen di Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) ini lebih sepakat, di tingkat SD hanya pengenalan dasar literasi keuangan, seperti bagaimana seorang anak dapat bijak dalam mengelola uang dengan nilai kejujuran dan rasa tanggung jawab. Hal ini terkesan lebih ringan dan sifatnya general.

Holy menuturkan, materi saham terlalu kompleks dan kurang kontekstual bagi dunia anak di tingkat sekolah dasar. Meskipun tujuannya baik dan visioner, yakni agar anak mengenal pasar bebas, agar anak-anak memiliki kesiapan pemahaman dalam mengatur keuangan jangka panjang. Akan tetapi, Holy menegaskan agar hal ini dikaji ulang terkait sasarannya.

Lalu melihat tahap perkembangan anak usia SD. Ataukah materi tersebut lebih cocok untuk tahapan usia di atasnya lagi, misalkan di SMP.

“Jangan sampai karena masuknya materi ini lantas mereduksi nilai esensial dari materi-materi fundamental di tingkatan SD, seperti membaca, menulis, berhitung, pemecahan masalah, serta yang tidak kalah penting penguatan moral dan akhlakul karimah,” kata dia.

Holy menuturkan, dibandingkan saham, justru ada beberapa materi yang sebenarnya sifatnya urgen. Akan tetapi, sampai hari ini belum menjadi pembelajaran yang independen, dalam artian belum optimal diberikan di tingkatan sekolah dasar.

 

3 dari 3 halaman

Materi Penting Selain Saham

Hal pertama, adalah materi edukasi seksual untuk anak. Kedua, adalah materi pendidikan anti korupsi.

“Saya sangat menyayangkan hal tersebut. Sebagai pemerhati anak, di tengah gempuran saat ini, di mana negara kita sedang darurat kekerasan seksual dan korupsi, dua materi tersebut seyogyanya lebih diperhitungkan,” kata dia.

Sebelumnya Menkeu Sri Mulyani menilai, edukasi pasar modal yang saat ini sudah menjangkau perguruan tinggi, bisa juga diajarkan pada tingkatan yang lebih dasar atau setingkat SD.

“Sekarang saham ini sudah mulai diajarkan bukan di tingkat mahasiswa lagi bahkan di tingkat sekolah dasar, sehingga mereka menjadi getting familiar dengan Bursa Efek,” kata Sri Mulyani dalam pembukaan perdagangan BEI 2025 di Gedung BEI, Jakarta, Kamis, 2 Januari 2025.

Sri Mulyani menuturkan, edukasi pasar modal bisa disisipkan dalam kurikulum pembelajaran sekolah. "Nanti masuk ke kurikulum, bagaimana cara penyampaiannya dan bagaimana mereka merasa terbiasa dengan transaksi tentunya kalau masyarakat sudah mulai mendiversifikasi tabungan dan menciptakan pendalaman,” kata Menkeu.

Video Terkini