Liputan6.com, Jakarta Pasar Asia-Pasifik merosot pada Kamis (9/1) setelah sesi perdagangan yang bergejolak di Wall Street. Risalah pertemuan Federal Reserve terbaru menunjukkan kemungkinan suku bunga akan tetap tinggi lebih lama akibat inflasi yang terus membandel.
Dikutipd ari CNBC, kamis (9/1/2025), investor di kawasan Asia juga menantikan data inflasi Desember dari Tiongkok. Berdasarkan survei Reuters, pertumbuhan harga konsumen (CPI) diperkirakan tetap mendekati nol, sementara harga produsen (PPI) diproyeksikan terus mengalami penurunan.
Baca Juga
Performa Pasar Asia-Pasifik
- Indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,14%, sementara indeks Topix turun 0,29%.
- S&P/ASX 200 Australia turun 0,63%.
- Indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,1%, sedangkan Kosdaq, yang merupakan indeks saham berkapitalisasi kecil, turun 0,38%.
- Futures indeks saham Hang Seng Hong Kong terakhir diperdagangkan di level 19.264, mengindikasikan pembukaan yang lebih rendah dibandingkan penutupan sebelumnya di 19.279,84.
Â
Advertisement
Wall Street Memberikan Sinyal Beragam
Di Amerika Serikat, indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average mencatatkan kenaikan tipis setelah risalah rapat Fed mengungkapkan sebagian besar anggota komite melihat risiko inflasi yang meningkat.
- Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun sempat menyentuh 4,7% karena prospek inflasi yang menimbulkan kekhawatiran bahwa Fed mungkin memperlambat laju pelonggaran kebijakan tahun ini.S&P 500 naik 0,16% dan ditutup pada 5.918,25.
- Dow Jones bertambah 0,25%, berakhir di 42.635,20.Nasdaq Composite relatif stagnan, ditutup pada 19.478,88.
Data Inflasi Tiongkok Jadi Fokus Utama
Investor di kawasan Asia mengamati data inflasi dari Tiongkok sebagai indikator penting untuk prospek ekonomi global.
Inflasi konsumen yang stagnan dan penurunan harga produsen dapat mengindikasikan tantangan lebih lanjut bagi ekonomi terbesar kedua di dunia ini.
Advertisement