Pada perdagangan perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) terus merosot dan berada di zona merah.
Ketika pasar dibuka saham milik pengusaha Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaja itu langsung merah. Saham emiten berkode SRTG yang dijual Rp 5.500, saat pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, Rabu (26/6/2013) turun Rp 200 atau 3,64% menjadi Rp 5.300 per saham.
Penurunan tersebut ternyata terus berlanjut di menit-menit berikutnya. Bahkan setelah 1 jam perdagangan, penurunannya lebih dalam lagi hingga dua digit. Tepatnya pada pukul 10.06 WIB, saham Saratoga anjlok hingga 12,27% atau turun Rp 675 menjadi Rp 4.825.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menyebut pencatatan saham Saratoga sebagai yang terburuk tahun ini. Hal itu disebabkan besarnya penurunan harga saham di pasar dibandingkan harga penawaran awal.
"Pada pencatatan saham perdana ada juga yang turun. Tapi kalau yang terparah tahun ini ya Saratoga, karena nilai nominalnya anjlok paling dalam sampai Rp 650 per saham," kata Reza saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (26/6/2013).
Reza mencontohkan harga sama PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM) turun Rp 50 per saham pada perdagangan perdana, emiten lainnya PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) juga turun tapi tak sebesar saham Saratoga.
Menurut Reza, dinginnya pasar terhadap saham Saritoga karena harga sahamnya kelewat mahal. "Sebagai perusahaan investasi, harga saham sebesar Rp 5.500 sangat mahal karena investor membandingkannya dengan perusahaan investasi yang sudah listing lebih dulu," kata Reza.
Reza menyebutkan, perusahaan investasi yang sudah terlebih dulu listing seperti Bakrie Brothers, ABM Investama, Bhakti Investama, Global Mediacom harganya tidak semahal Saratoga.
Reza juga menjelaskan, kalaupun pemiliknya sudah terkenal dan punya track record bagus, tetap saja pasar melihat harga sahamnya. Kalau dinilai masuk akal tentu saja akan direspons baik. (Ndw/Igw)
Ketika pasar dibuka saham milik pengusaha Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaja itu langsung merah. Saham emiten berkode SRTG yang dijual Rp 5.500, saat pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, Rabu (26/6/2013) turun Rp 200 atau 3,64% menjadi Rp 5.300 per saham.
Penurunan tersebut ternyata terus berlanjut di menit-menit berikutnya. Bahkan setelah 1 jam perdagangan, penurunannya lebih dalam lagi hingga dua digit. Tepatnya pada pukul 10.06 WIB, saham Saratoga anjlok hingga 12,27% atau turun Rp 675 menjadi Rp 4.825.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menyebut pencatatan saham Saratoga sebagai yang terburuk tahun ini. Hal itu disebabkan besarnya penurunan harga saham di pasar dibandingkan harga penawaran awal.
"Pada pencatatan saham perdana ada juga yang turun. Tapi kalau yang terparah tahun ini ya Saratoga, karena nilai nominalnya anjlok paling dalam sampai Rp 650 per saham," kata Reza saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (26/6/2013).
Reza mencontohkan harga sama PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM) turun Rp 50 per saham pada perdagangan perdana, emiten lainnya PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) juga turun tapi tak sebesar saham Saratoga.
Menurut Reza, dinginnya pasar terhadap saham Saritoga karena harga sahamnya kelewat mahal. "Sebagai perusahaan investasi, harga saham sebesar Rp 5.500 sangat mahal karena investor membandingkannya dengan perusahaan investasi yang sudah listing lebih dulu," kata Reza.
Reza menyebutkan, perusahaan investasi yang sudah terlebih dulu listing seperti Bakrie Brothers, ABM Investama, Bhakti Investama, Global Mediacom harganya tidak semahal Saratoga.
Reza juga menjelaskan, kalaupun pemiliknya sudah terkenal dan punya track record bagus, tetap saja pasar melihat harga sahamnya. Kalau dinilai masuk akal tentu saja akan direspons baik. (Ndw/Igw)