PT Astra international Tbk (ASII) mengaku kinerja perseroan dan anak perusahaan sepanjang semester I-2013 mengalami penurunan dibandingkan setahun sebelumnya.
Sepanjang Januari-Juni 2013, Astra melaporkan pendapatan bersih mencapai Rp 94,3 triliun atau turun 2% dibandingkan periode sama 2012 sebesar Rp 95,9 triliun.
Dengan penurunan itu, laba bersug perusahaan ikut terkoreksi sebesar 9% dari Rp 9,7 triliun menjadi Rp 8,8 triliun.
"Meskipun prospek permintaan domestik tetap positif, meningkatnya kompetisi pada pasar mobil, kenaikan biaya tenaga kerja, dan menurunnya harga komoditas diperkirakan masih akan mempengaruhi kinerja usaha pada semester kedua tahun ini," ujar Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto dalam keterangan tertulisnya, Selasa (30/7/2013).
Astra selama ini bergerak di enam lini bisnis inti yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik, serta teknologi dan informasi.
Berikut adalah kondisi lini bisnis dari kelompok bisnis Astra:
1. Divisi otomotif
Laba bersih turun 10% menjadi Rp 4,4 triliun terdiri dari Rp 1,9 triliun daru perseroan dan anak perusahaan, serta Rp 2,5 triliun dari perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities.
2. Divisi jasa keuangan
Laba bersih mengalami peningkatan 19% menjadi Rp 2,1 triliun. Total pembiayaan otomotif dari FIF, ACC, dan TAFS meningkat 6% menjadi Rp 27,8 triliun. Sementara pembiayaan alat berat turun 42%.
3. Divisi alat berat dan pertambangan
Laba bersih dari unit bisnis ini turun 24% menjadi Rp 1,4 triliun. Perusahaan diketahui memiliki 59,5% saham PT United Tractors Tbk.
4. Divisi agribisnis
Laba bersih tercatat turun 25% menjadi Rp 571 miliar. Bisnis perkebunan ini dijalankan PT Astra Agro Lestari Tbk.
5. Divisi Infrastruktur dan Logistik
Laba bersih bisnis ini yang dijalankan tiga perusahaan ini menurun 29% menjadi Rp 223 miliar. Ketiga anak usaha itu adalah PT Marga Mandala Sakti, PT PAM Lyoinnaise Jaya, dan PT Serasi Autosraya.
6. Divisi teknologi dan informasi
Laba bersih dari bisnis yang dijalankan PT Astra Graphia ini naik tipis 2% menjadi Rp 55 miliar.
(Dis/Shd)
Sepanjang Januari-Juni 2013, Astra melaporkan pendapatan bersih mencapai Rp 94,3 triliun atau turun 2% dibandingkan periode sama 2012 sebesar Rp 95,9 triliun.
Dengan penurunan itu, laba bersug perusahaan ikut terkoreksi sebesar 9% dari Rp 9,7 triliun menjadi Rp 8,8 triliun.
"Meskipun prospek permintaan domestik tetap positif, meningkatnya kompetisi pada pasar mobil, kenaikan biaya tenaga kerja, dan menurunnya harga komoditas diperkirakan masih akan mempengaruhi kinerja usaha pada semester kedua tahun ini," ujar Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto dalam keterangan tertulisnya, Selasa (30/7/2013).
Astra selama ini bergerak di enam lini bisnis inti yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik, serta teknologi dan informasi.
Berikut adalah kondisi lini bisnis dari kelompok bisnis Astra:
1. Divisi otomotif
Laba bersih turun 10% menjadi Rp 4,4 triliun terdiri dari Rp 1,9 triliun daru perseroan dan anak perusahaan, serta Rp 2,5 triliun dari perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities.
2. Divisi jasa keuangan
Laba bersih mengalami peningkatan 19% menjadi Rp 2,1 triliun. Total pembiayaan otomotif dari FIF, ACC, dan TAFS meningkat 6% menjadi Rp 27,8 triliun. Sementara pembiayaan alat berat turun 42%.
3. Divisi alat berat dan pertambangan
Laba bersih dari unit bisnis ini turun 24% menjadi Rp 1,4 triliun. Perusahaan diketahui memiliki 59,5% saham PT United Tractors Tbk.
4. Divisi agribisnis
Laba bersih tercatat turun 25% menjadi Rp 571 miliar. Bisnis perkebunan ini dijalankan PT Astra Agro Lestari Tbk.
5. Divisi Infrastruktur dan Logistik
Laba bersih bisnis ini yang dijalankan tiga perusahaan ini menurun 29% menjadi Rp 223 miliar. Ketiga anak usaha itu adalah PT Marga Mandala Sakti, PT PAM Lyoinnaise Jaya, dan PT Serasi Autosraya.
6. Divisi teknologi dan informasi
Laba bersih dari bisnis yang dijalankan PT Astra Graphia ini naik tipis 2% menjadi Rp 55 miliar.
(Dis/Shd)