Pasar keuangan dunia khususnya bursa saham kemungkinan bakal kembali dibanjiri likuditas. Kondisi itu bisa terjadi seiring rencana Dana Pensiun Pegawai Negeri Jepang yang tengah mempertimbangkan mengubah strategi investasi ultrakonservatifnya. Langkah perubahan dilakukan dengan menginvestasikan lebih dari US$ 80 miliar setara Rp 822,8 triliun dananya dalam bentuk saham dan sebagian kecil diinvestasikan pada obligasi pemerintah domestik.
Langkah yang diambil Federation of National Public Service Personnel Mutual Aid Associations ini menyusul pergeseran terhadap investasi yang lebih berisiko yang dilakukan Government Pension Investment Fund (GPIF) Jepang. Lembaga dana pensiun tersebut merupakan yang terbesar di dunia dengan aset bernilai US$ 1,2 triliun. Kebijakan itu sendiri mencakup 1,24 juta dana pensiun dan pegawai negeri yang masih aktif.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (5/8/2013), Perdana Menteri Shinzo Abe tengah mendorong dana publik guna meningkatkan return sebagai bagian dari langkah untuk menghidupkan kembali kekayaan ekonomi nasional. Strategi pertumbuhannya ditujukan untuk memobilisasi tabungan masyarakat Jepang dalam jumlah besar seperti GPIF dan dana pensiun pegawai negeri.
Keputusan federasi yang baru akan diumumkan pada musim gugur mendatang, juga menunjukkan pengaruh GPIF dalam jumlah besar. Meskipun hanya mengubah stretegi investasinya, senjata keuangan dalam jumlah besar berpotensi memperlambat pembelian investor terhadap utang pemerintah.
Saat ini Bank Sentral Jepang selalu membeli obligasi pemerintah dalam jumlah besar sebagai bagian dari pelonggaran moneternya yang agresif.
Seorang narasumber mengungkapkan, federasi tersebut diharapkan mengubah model portofolionya yang saat ini menekan obligasi domestik. Langkah ini dianggap dapat memperbaiki strategi investasi dengan mengambil lebih banyak risiko khususnya setelah perubahan yang dimotori GPIF.
"Federasi yang disupervisi badan anggaran Menteri Keuangan ini mengkaji portofolionya setiap tahun," ujar salah seorang pegawai dana pensiun Jepang.
Dana publik akan dilibatkan dalam perkembangan pasar besar. Tahun lalu saat lembaga tersebut mengkaji portofolionya, mereka menutupi sebagian datanya, mengingat isi kajjian tersebut sensitif terhadap pasar keuangan.(Shd)
Langkah yang diambil Federation of National Public Service Personnel Mutual Aid Associations ini menyusul pergeseran terhadap investasi yang lebih berisiko yang dilakukan Government Pension Investment Fund (GPIF) Jepang. Lembaga dana pensiun tersebut merupakan yang terbesar di dunia dengan aset bernilai US$ 1,2 triliun. Kebijakan itu sendiri mencakup 1,24 juta dana pensiun dan pegawai negeri yang masih aktif.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (5/8/2013), Perdana Menteri Shinzo Abe tengah mendorong dana publik guna meningkatkan return sebagai bagian dari langkah untuk menghidupkan kembali kekayaan ekonomi nasional. Strategi pertumbuhannya ditujukan untuk memobilisasi tabungan masyarakat Jepang dalam jumlah besar seperti GPIF dan dana pensiun pegawai negeri.
Keputusan federasi yang baru akan diumumkan pada musim gugur mendatang, juga menunjukkan pengaruh GPIF dalam jumlah besar. Meskipun hanya mengubah stretegi investasinya, senjata keuangan dalam jumlah besar berpotensi memperlambat pembelian investor terhadap utang pemerintah.
Saat ini Bank Sentral Jepang selalu membeli obligasi pemerintah dalam jumlah besar sebagai bagian dari pelonggaran moneternya yang agresif.
Seorang narasumber mengungkapkan, federasi tersebut diharapkan mengubah model portofolionya yang saat ini menekan obligasi domestik. Langkah ini dianggap dapat memperbaiki strategi investasi dengan mengambil lebih banyak risiko khususnya setelah perubahan yang dimotori GPIF.
"Federasi yang disupervisi badan anggaran Menteri Keuangan ini mengkaji portofolionya setiap tahun," ujar salah seorang pegawai dana pensiun Jepang.
Dana publik akan dilibatkan dalam perkembangan pasar besar. Tahun lalu saat lembaga tersebut mengkaji portofolionya, mereka menutupi sebagian datanya, mengingat isi kajjian tersebut sensitif terhadap pasar keuangan.(Shd)