Sukses

Prediksi IHSG Sepekan: Minim Sentimen Positif, IHSG Bisa Jatuh

IHSG sepekan kemarin tercatat ambruk 398,83 poin (8,73%) atau lebih parah dari pekan sebelumnya.

Sepekan kemarin, merupakan masa yang berat untuk pasar modal Indonesia Pekan yang berat usai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak dapat meninggalkan zona merahnya. Meski sempat naik, gerak indeks tidak diimbangi dengan positifnya sentimen dan justru dimanfaatkan untuk aksi ambil untung (profit taking).

Bahkan adanya pernyataan, pidato, maupun komentar-komentar dari para pejabat yang memperlihatkan seolah-olah bahwa ekonomi Indonesia berada dalam kondisi yang baik, tidak membuat kondisi pasar semakin membaik. Sebaliknya, pelaku pasar justru memperbesar daya jualnya sehingga IHSG pun terpaksa terperosok ke lembah merah.

"Sepanjang pekan kemarin, pemodal asing tercatat melakukan nett sell sebesar Rp 5,72 triliun jauh lebih tinggi dari pekan sebelumnya sebesar Rp 1,37 triliun," ujar Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada dalam ulasannya, Senin (26/8/2013).

Reza menjelaskan, masih adanya imbas pelemahan di bursa saham AS dan kurang kondusifnya sentimen yang ada, membuat IHSG memperpanjang pelemahannya. Terutama untuk nilai tukar Rupiah yang terus longsor membuat kondisi makin tidak kondusif dan berimbas pada aksi jual berlebihan dari para investor.

Imbas dari pidato kenegaraan Presiden SBY yang menyampaikan asumsi-asumsi makropun dianggap tidak realistis. Ditambah lagi dengan makin memerahnya pasar obligasi dimana yield yang diminta terus meningkat. Di sisi lain, adanya aturan GWM-LDR sebesar 78%-92% dari sebelumnya 100% turut direspon negatif karena dinilai mengurangi likuiditas kredit perbankan.

"Pelaku pasar melihat perekonomian Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan data negatif secara bertahap yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi, lonjakan inflasi, dan peningkatan defisit neraca perdagangan dan neraca berjalan," kata Reza.

Pasar juga semakin berat seiring munculnya berita negatif terkait penilaian ekonomi Thailand yang akan memasuki resesi, komentar-komentar dari para pejabat negara yang terkesan “tenang-tenang saja”, rupiah yang masih melanjutkan tren penurunannya; dan adanya pemberitaan dimana China akan mengurangi karbon sehingga dinilai berpengaruh pada kinerja emiten coal juga turut menambah sentimen negatif.

"Sempat terjadinya aksi beli setelah market great sale pasca HUT Kemerdekaan RI namun, tidak bertahan lama karena secara riil di lapangan belum adanya trigger positif," ujarnya.

Dengan pelemahan IHSG tersebut, level IHSG telah menyamai level pada periode awal September 2012. Aksi profit taking justru kembali terjadi jelang akhir pekan meski terdapat pemberitaan adanya himbauan kepada BUMN untuk melakukan buyback sahamnya namun, tertutupi komentar Presiden SBY bahwa berat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6,3% sehingga harapan untuk melanjutkan rebound kembali terhalangi.

Trust Securities mencatat, IHSG selama sepekan mengalami penurunan 398,83 poin (8,73%) atau lebih parah dari pekan sebelumnya yang juga turun 72,13 poin (1,55%). Penurunan ini juga terasa bagi indeks utama lainnya dimana IDX30 memimpin penurunan dengan melemah 9,41% diikuti indeks LQ45 dan MBX yang masingmasing turun 9,17% dan 8,84%.

Laju indeks sektoral mayoritas juga tampak melemah dimana penguatan hanya terjadi pada indeks pertambangan yang masih berada pada jalur hijau 2 pekan berturut-turut dengan kenaikan (+5,46%). Sementara pelemahan dipimpin indeks properti, diikuti indeks perdagangan dan keuangan dengan pelemahan 16,16%, 10,22%, dan 10,04%.

Reza memperkirakan laju IHSG pekan depan akan berada pada rentang support 4025-4137 dan resisten 4235-4568. IHSG membentuk pola menyerupai seperti downtrend continuation di bawah lower bollinger bands. MACD masih menurun dengan histogram negatif yang memanjang. RSI, William's %R, dan Stochastic bergerak turun di area oversold.

"Sentimen negatif membawa jauh IHSG dari kisaran target support kami (4548-4600). Potensi terkoreksi masih tetap ada jika tidak adanya sentimen-sentimen positif yang dapat mengimbanginya maupun jika tidak adanya upaya untuk menahan pelemahan ini dengan menambah likuiditas," katanya.

Meski masih berpeluang mengalami koreksi, pelaku pasar diharapkan memperhatikan sektor saham pertambangan, perkebunan, infrastruktur, dan properti.

Adapun saham -saham yang dapat diperhatikan antara lain INCO, MDLN, LSIP, HRUM, WIKA, TAXI, PTBA, SGRO, CMNP, TLKM, ITMG, AALI, CPGT, dan WSKT. (Shd)
Video Terkini