Pelemahan nilai tukar Rupiah akhir-akhir ini menjadi perhatian lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings. Sebagian besar perusahaan telekomunikasi di Indonesia yang terpengaruh pelemahan rupiah sejak Februari-Agustus 2013 telah melemah 10%.
Hal ini disampaikan Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada dalam ulasannya, Rabu (28/8/2013). "Fitch memiliki penilaian, langkah emiten telekomunikasi dengan melakukan hedging hanya akan menolong dalam jangka pendek. Pelemahan nilai tukar Rupiah juga memberikan dampak pada pengaruh beban bunga perusahaan telekomunikasi," ujarnya.
Menurut Reza, rata-rata dana belanja modal (capital expenditure/capex) perusahan telekomunikasi menggunakan mata uang asing, termasuk sumber pendanaannya bisa membuat berat beban perusahaan telekomunikasi.
Dari data Riset Fitch Ratings, emiten yang paling terkena dampak pelemahan rupiah adalah PT Indosat Tbk (ISAT). Perusahaan yang sebagian sahamnya dimilik pemerintah ini tercata memiliki 43% utang atau sekitar US$ 950 juta dalam mata uang asing. Sementara, hedging yang dilakukan hanya sebesar 25% dari total utang dalam mata uang asing.
Dengan pertimbangan tersebut, Fitch memprediksi, margin operasi EBITDA ISAT dapat berkurang 100 basis poin karena biaya sewa menara juga menggunakan dolar AS.
"Fitch juga memproyeksikan, margin terhadap free cash flow ISAT akan menurun 50%. Sekitar US$ 400 juta Capex ISAT juga menggunakan denominasi dollar AS," kata Reza.
Meski berada dalam tekanan, Fitch yakin kemampuan ISAT membayar pinjaman masih cukup kuat. Karena itu, peringkat ISAT masih akan bertahan di BBB dengan outlook stabil.
"Dalam satu tahun, Indosat memiliki utang jatuh tempo US$ 70 juta. Sedangkan, utang jatuh tempo ISAT lain masih cukup nyaman yaitu sekitar 4,9 tahun," tegas Reza. (Dis/Shd)
Hal ini disampaikan Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada dalam ulasannya, Rabu (28/8/2013). "Fitch memiliki penilaian, langkah emiten telekomunikasi dengan melakukan hedging hanya akan menolong dalam jangka pendek. Pelemahan nilai tukar Rupiah juga memberikan dampak pada pengaruh beban bunga perusahaan telekomunikasi," ujarnya.
Menurut Reza, rata-rata dana belanja modal (capital expenditure/capex) perusahan telekomunikasi menggunakan mata uang asing, termasuk sumber pendanaannya bisa membuat berat beban perusahaan telekomunikasi.
Dari data Riset Fitch Ratings, emiten yang paling terkena dampak pelemahan rupiah adalah PT Indosat Tbk (ISAT). Perusahaan yang sebagian sahamnya dimilik pemerintah ini tercata memiliki 43% utang atau sekitar US$ 950 juta dalam mata uang asing. Sementara, hedging yang dilakukan hanya sebesar 25% dari total utang dalam mata uang asing.
Dengan pertimbangan tersebut, Fitch memprediksi, margin operasi EBITDA ISAT dapat berkurang 100 basis poin karena biaya sewa menara juga menggunakan dolar AS.
"Fitch juga memproyeksikan, margin terhadap free cash flow ISAT akan menurun 50%. Sekitar US$ 400 juta Capex ISAT juga menggunakan denominasi dollar AS," kata Reza.
Meski berada dalam tekanan, Fitch yakin kemampuan ISAT membayar pinjaman masih cukup kuat. Karena itu, peringkat ISAT masih akan bertahan di BBB dengan outlook stabil.
"Dalam satu tahun, Indosat memiliki utang jatuh tempo US$ 70 juta. Sedangkan, utang jatuh tempo ISAT lain masih cukup nyaman yaitu sekitar 4,9 tahun," tegas Reza. (Dis/Shd)