Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut sebanyak tujuh emiten atau perusahaan terbuka siap melakukan pembelian kembali (buyback) saham perseroan paling cepat pekan ini. Upaya tersebut diyakini mampu mendongkrak laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK, Noor Rachman mengatakan, pekan ini atau depan, emiten akan mengambil posisi buyback dan berharap dapat berpengaruh terhadap pergerakan indeks.
"Sudah ada tujuh perusahaan yang akan buyback saham. Saat ini emiten sedang melakukan kalkulasi, karena dalam peraturan buyback dilakukan sebanyak 20% dari modal disetor. Tapi tujuh emiten ini rata-rata buyback sekitar 6%-7%," ungkap dia saat Press Briefing di kantornya, Jakarta, Kamis (5/9/2013).
Meski tak menyebut identitas emiten tersebut, namun Noor mengaku langkah tersebut direalisasikan sebagai tindak lanjut dari surat edaran OJK yang telah merilis kebijakan buy back saham.
Pada kesempatan yang sama, Deputi I OJK Bidang Pasar Modal, Robinson Simbolon menuturkan, aturan tersebut terbit dilatar belakangi terhadap kondisi pasar saat ini demi menjaga penurunan IHSG tidak terperosok lebih dalam.
"Bunyi peraturannya memang bisa buyback bila indeks turun secara akumulatif 15% selama tiga hari berturut-turut. Walaupun belum turun sebesar itu, namun kebijakan itu perlu dilakukan agar IHSG tidak turun lebih rendah," jelasnya. Â
Lebih jauh Robinson mengakui, OJK mencatat pelemahan IHSG sejak 20 Mei sampai dengan 27 Agustus 2013 sebesar 20% dari sebelumnya menyentuh level 5.200 akhirnya jatuh ke 3.900.
"Ternyata penurunannya relatif cukup tajam akibat tekanan signifikan dari kondisi perekonomian global. Sehingga pemerintah merilis empat paket kebijakan ekonomi, dan kami mengeluarkan dua aturan, yakni buyback dan perlindungan konsumen," terangnya.
Robinson menilai, kondisi tersebut berpotensi semakin parah karena kesepakatan kongres yang memberi restu kepada Presiden Amerika Serikat Barrack Obama untuk menyerang balik Suriah.
"Kondisi regional dan global belum stabil, ditambah dengan persetujuan kongres supaya AS melakukan serangan militer ke Suriah. Ini akan berpengaruh terhadap dunia, termasuk harga minyak dan pasar modal," papar dia. (Fik/Ndw)
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK, Noor Rachman mengatakan, pekan ini atau depan, emiten akan mengambil posisi buyback dan berharap dapat berpengaruh terhadap pergerakan indeks.
"Sudah ada tujuh perusahaan yang akan buyback saham. Saat ini emiten sedang melakukan kalkulasi, karena dalam peraturan buyback dilakukan sebanyak 20% dari modal disetor. Tapi tujuh emiten ini rata-rata buyback sekitar 6%-7%," ungkap dia saat Press Briefing di kantornya, Jakarta, Kamis (5/9/2013).
Meski tak menyebut identitas emiten tersebut, namun Noor mengaku langkah tersebut direalisasikan sebagai tindak lanjut dari surat edaran OJK yang telah merilis kebijakan buy back saham.
Pada kesempatan yang sama, Deputi I OJK Bidang Pasar Modal, Robinson Simbolon menuturkan, aturan tersebut terbit dilatar belakangi terhadap kondisi pasar saat ini demi menjaga penurunan IHSG tidak terperosok lebih dalam.
"Bunyi peraturannya memang bisa buyback bila indeks turun secara akumulatif 15% selama tiga hari berturut-turut. Walaupun belum turun sebesar itu, namun kebijakan itu perlu dilakukan agar IHSG tidak turun lebih rendah," jelasnya. Â
Lebih jauh Robinson mengakui, OJK mencatat pelemahan IHSG sejak 20 Mei sampai dengan 27 Agustus 2013 sebesar 20% dari sebelumnya menyentuh level 5.200 akhirnya jatuh ke 3.900.
"Ternyata penurunannya relatif cukup tajam akibat tekanan signifikan dari kondisi perekonomian global. Sehingga pemerintah merilis empat paket kebijakan ekonomi, dan kami mengeluarkan dua aturan, yakni buyback dan perlindungan konsumen," terangnya.
Robinson menilai, kondisi tersebut berpotensi semakin parah karena kesepakatan kongres yang memberi restu kepada Presiden Amerika Serikat Barrack Obama untuk menyerang balik Suriah.
"Kondisi regional dan global belum stabil, ditambah dengan persetujuan kongres supaya AS melakukan serangan militer ke Suriah. Ini akan berpengaruh terhadap dunia, termasuk harga minyak dan pasar modal," papar dia. (Fik/Ndw)