PT Danareksa Sekuritas (Persero) menyatakan dua calon emiten akan menjadwal ulang penawaran saham perdana (Innitial Public Offering/IPO).
Rencana tersebut menyusul ketidakpastian kondisi ekonomi saat ini akibat gejolak pasar keuangan di dalam maupun luar negeri.
"Ada dua calon emiten (molor IPO) yang ditangani Danareksa dan mereka sudah masuk ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) lebih dulu. Tapi kami terus memantau kondisi pasar sampai sekarang," ungkap Direktur Utama Danareksa, Marciano H Herman di Jakarta, Senin (9/9/2013).
Ketika dikonfirmasi lebih jauh mengenai identitas calon emiten, dia enggan membeberkan re-shedule pelaksanaan IPO maupun sektor calon emiten.
Dia menjelaskan, dampak penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpengaruh terhadap calon maupun emiten yang telah mencatatkan saham di bursa efek.
"Dampak pasti ada, karena faktanya terjadi penurunan indeks bukan saja di Indonesia tapi juga internasional. Proses IPO biasanya membutuhkan persiapan panjang oleh emiten maupun klien kami," ujarnya.
Marciano bilang, ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan calon emiten akibat sentimen domestik, berupa defisit transaksi berjalan Indonesia serta pengetatan likuiditas atau quantitative easing oleh AS.
"Biasanya mereka bisa menjadwal ulang kembali (IPO, obligasi ataupun rights issue), melakukan pengurangan jumlah saham maupun melakukan sendiri penjualan saham ke anchor-anchor investor," papar dia.
Sementara untuk aksi korporasi penerbitan obligasi, dia mengatakan, emiten yang mengamanahkan Danareksa sebagai penjamin hanya tinggal menunggu filling karena sifat penerbitan surat utang emite adalah berkelanjutan.
"Tapi pada intinya kebanyakan masih menunggu adanya volatilitas bukan untuk emiten saja, tapi juga penjamin emisi karena risikonya terlalu tinggi. Emiten takutnya harga yang ditargetkan tidak tercapai, sedangkan dari penjamin emisi takut kalau harganya terlalu tinggi dia harus menjamin. Jadi hal ini menyebabkan kondisi wait and see," jelas Marciano. (Fik/Nur)
Rencana tersebut menyusul ketidakpastian kondisi ekonomi saat ini akibat gejolak pasar keuangan di dalam maupun luar negeri.
"Ada dua calon emiten (molor IPO) yang ditangani Danareksa dan mereka sudah masuk ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) lebih dulu. Tapi kami terus memantau kondisi pasar sampai sekarang," ungkap Direktur Utama Danareksa, Marciano H Herman di Jakarta, Senin (9/9/2013).
Ketika dikonfirmasi lebih jauh mengenai identitas calon emiten, dia enggan membeberkan re-shedule pelaksanaan IPO maupun sektor calon emiten.
Dia menjelaskan, dampak penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpengaruh terhadap calon maupun emiten yang telah mencatatkan saham di bursa efek.
"Dampak pasti ada, karena faktanya terjadi penurunan indeks bukan saja di Indonesia tapi juga internasional. Proses IPO biasanya membutuhkan persiapan panjang oleh emiten maupun klien kami," ujarnya.
Marciano bilang, ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan calon emiten akibat sentimen domestik, berupa defisit transaksi berjalan Indonesia serta pengetatan likuiditas atau quantitative easing oleh AS.
"Biasanya mereka bisa menjadwal ulang kembali (IPO, obligasi ataupun rights issue), melakukan pengurangan jumlah saham maupun melakukan sendiri penjualan saham ke anchor-anchor investor," papar dia.
Sementara untuk aksi korporasi penerbitan obligasi, dia mengatakan, emiten yang mengamanahkan Danareksa sebagai penjamin hanya tinggal menunggu filling karena sifat penerbitan surat utang emite adalah berkelanjutan.
"Tapi pada intinya kebanyakan masih menunggu adanya volatilitas bukan untuk emiten saja, tapi juga penjamin emisi karena risikonya terlalu tinggi. Emiten takutnya harga yang ditargetkan tidak tercapai, sedangkan dari penjamin emisi takut kalau harganya terlalu tinggi dia harus menjamin. Jadi hal ini menyebabkan kondisi wait and see," jelas Marciano. (Fik/Nur)