PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) mendapat pinjaman kredit sebesar US$ 170 juta dari Bank OCBC NISP. Adapun batas waktu (tenor) yang diberikan selama 8 tahun, dengan tingkat suku bunga yang diberikan sebesar 4,25%.
Presiden Direktur MASA Pieter Tanuri mengatakan, adapun pinjaman yang mencapai US$ 170 juta yang akan dipakai untuk membayar utang sindikasi sebesar US$ 110 juta dengan tingkat suku bunga mencapai 4,75% yang jatuh temponya di tahun 2017.
"Dana sebesar US$ 110 juta akan dibayar utang sindikasi sebesar US$ 110 juta dan sisanya US$ 60 juta digunakan untuk modal kerja dalam meningkatkan kapasitas produksi. Dengan tingkat bunga rendah dan tenor lebih panjang, kita harapkan cash lebih banyak agar kita bisa investasi kembali," ujar Pieter ketika ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Senin (7/10/2013).
Pieter menjelaskan, pada sepanjang enam bulan pertama di tahun ini penjualan ban mobil perseroan sudah mencapai 3,7 juta ban.
Angka itu naik hingga 6%, jika dibandingkan pada periode yang sama di tahun lalu mencapai 2 juta ban. Peningkatan volume penjualan didorong dari pasar domestik.
Selain itu, dia memprediksi, pendapatan perseroan akan mengalami peningkatan yang didorong dari penjualan mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC).
Perseroan saat ini mendapatkan pesanan ban untuk mobil LCGC dari Agen Pemegang Merk (APM) seperti Nissan, Honda dan Suzuki. Namun pemesanannya belum bisa disebutkan perseroan.
"Kami perkirakan akan meningkat 10% penjualan ban dengan adanya produksi mobil LCGC saat ini. Kalau berbicara bisnis, kami senang dapat proyek ban LCGC. Meskipun dampaknya akan menambah kemacetan di DKI Jakarta dengan banyaknya mobil," kata Pieter.
Dia mengaku, perseroan menargetkan penjualan ban mobil akan mencapai 7,5 juta ton sampai akhir tahun 2013, sedangkan ban motor mencapai 4 juta ban. (Dis/Nur)
Presiden Direktur MASA Pieter Tanuri mengatakan, adapun pinjaman yang mencapai US$ 170 juta yang akan dipakai untuk membayar utang sindikasi sebesar US$ 110 juta dengan tingkat suku bunga mencapai 4,75% yang jatuh temponya di tahun 2017.
"Dana sebesar US$ 110 juta akan dibayar utang sindikasi sebesar US$ 110 juta dan sisanya US$ 60 juta digunakan untuk modal kerja dalam meningkatkan kapasitas produksi. Dengan tingkat bunga rendah dan tenor lebih panjang, kita harapkan cash lebih banyak agar kita bisa investasi kembali," ujar Pieter ketika ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Senin (7/10/2013).
Pieter menjelaskan, pada sepanjang enam bulan pertama di tahun ini penjualan ban mobil perseroan sudah mencapai 3,7 juta ban.
Angka itu naik hingga 6%, jika dibandingkan pada periode yang sama di tahun lalu mencapai 2 juta ban. Peningkatan volume penjualan didorong dari pasar domestik.
Selain itu, dia memprediksi, pendapatan perseroan akan mengalami peningkatan yang didorong dari penjualan mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC).
Perseroan saat ini mendapatkan pesanan ban untuk mobil LCGC dari Agen Pemegang Merk (APM) seperti Nissan, Honda dan Suzuki. Namun pemesanannya belum bisa disebutkan perseroan.
"Kami perkirakan akan meningkat 10% penjualan ban dengan adanya produksi mobil LCGC saat ini. Kalau berbicara bisnis, kami senang dapat proyek ban LCGC. Meskipun dampaknya akan menambah kemacetan di DKI Jakarta dengan banyaknya mobil," kata Pieter.
Dia mengaku, perseroan menargetkan penjualan ban mobil akan mencapai 7,5 juta ton sampai akhir tahun 2013, sedangkan ban motor mencapai 4 juta ban. (Dis/Nur)