PT United Tractors Tbk (UNTR) memprediksi target penjualan alat berat sebanyak 5.000 unit pada tahun ini sulit tercapai.
Hal ini dipicu pelambatan pada sektor pertambangan akibat pelemahan harga komoditas tersebut yang berdampak terhadap penjualan alat berat.
"Tidak ada revisi resmi. Kita upayakan maksimal tetapi tentunya sulit mencapai 5.000 unit. Penyebabnya masih karena perlambatan di sektor pertambangan akibat pelemahan harga batu bara," ujar Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk, Sara Lubis saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (7/11/2013).
Perseroan mencatatkan penjualan alat berat turun 39,45% menjadi 3.303 unit hingga kuartal III-2013 dari periode sama tahun 2012 sebesar 5.455 unit. Perseroan menargetkan penjualan alat berat mencapai 5.000 unit pada 2013.
Kontribusi penjualan alat berat terbesar dari sektor pertambangan mencapai 43% hingga kuartal III-2013, disusul penjualan alat berat ke sektor agro mencapai 25%.
Lalu penjualan alat berat ke sektor konstruksi mencapai 24% dan kehutanan mencapai 8%.Pada periode September 2013 saja, penjualan alat berat mencapai 322 unit. Perseroan masih menguasai pangsa pasar sebesar 41%.
Hingga kuartal III-2013, perseroan mencatatkan penurunan penjualan sebesar 15,47% menjadi Rp 37,3 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 44,13 triliun.
Lalu laba yang diatribusikan (ditanggungkan) kepada pemilik entitas induk turun 24,38% menjadi Rp 3,37 triliun hingga kuartal III-2013.
Dalam riset PT Bahana Securities, sektor pertambangan yang masih tertekan masih menjadi tekanan bagi PT United Tractors Tbk. Apalagi volume penjualan alat berat dan pertambangan batu bara akan terus tertekan.
Selain itu, di tengah siklus harga batu bara rendah membuat perusahaan batu bara dipaksa menerima biaya lebih rendah untuk kontraktor pertambangan dan volume rasio pengelupasan tanah. Hal itu akan berdampak terhadap anak usaha PT United Tractors Tbk yaitu PT Pamapersada Nusantara. (Ahm)
Hal ini dipicu pelambatan pada sektor pertambangan akibat pelemahan harga komoditas tersebut yang berdampak terhadap penjualan alat berat.
"Tidak ada revisi resmi. Kita upayakan maksimal tetapi tentunya sulit mencapai 5.000 unit. Penyebabnya masih karena perlambatan di sektor pertambangan akibat pelemahan harga batu bara," ujar Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk, Sara Lubis saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (7/11/2013).
Perseroan mencatatkan penjualan alat berat turun 39,45% menjadi 3.303 unit hingga kuartal III-2013 dari periode sama tahun 2012 sebesar 5.455 unit. Perseroan menargetkan penjualan alat berat mencapai 5.000 unit pada 2013.
Kontribusi penjualan alat berat terbesar dari sektor pertambangan mencapai 43% hingga kuartal III-2013, disusul penjualan alat berat ke sektor agro mencapai 25%.
Lalu penjualan alat berat ke sektor konstruksi mencapai 24% dan kehutanan mencapai 8%.Pada periode September 2013 saja, penjualan alat berat mencapai 322 unit. Perseroan masih menguasai pangsa pasar sebesar 41%.
Hingga kuartal III-2013, perseroan mencatatkan penurunan penjualan sebesar 15,47% menjadi Rp 37,3 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 44,13 triliun.
Lalu laba yang diatribusikan (ditanggungkan) kepada pemilik entitas induk turun 24,38% menjadi Rp 3,37 triliun hingga kuartal III-2013.
Dalam riset PT Bahana Securities, sektor pertambangan yang masih tertekan masih menjadi tekanan bagi PT United Tractors Tbk. Apalagi volume penjualan alat berat dan pertambangan batu bara akan terus tertekan.
Selain itu, di tengah siklus harga batu bara rendah membuat perusahaan batu bara dipaksa menerima biaya lebih rendah untuk kontraktor pertambangan dan volume rasio pengelupasan tanah. Hal itu akan berdampak terhadap anak usaha PT United Tractors Tbk yaitu PT Pamapersada Nusantara. (Ahm)