Sukses

Tunggu Pengumuman The Fed, IHSG Melorot 47 Poin

IHSG melemah 47,55 poin (1,08%) ke level 4.350,78. Turunnya IHSG ikut tergerus pelemahan indeks saham bluechips sebesar 1,48%

Pernyataan Pemimpin Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserves, Ben S Bernanke, terkait keberlanjutkan program stimulus tak cukup ampuh memberikan rasa nyaman pelaku pasar. Pemodal memilih menunggu sikap dan pandangan resmi The Fed terhadap data terbaru kondisi ekonomi Negeri Paman Sam.

Sentimen negatif juga muncul dari kawasan China yang akan mengeluarkan rilis indeks manufakturnya. Dari dalam negeri, nilai tukar rupiah masih menunjukan pelemahannya.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (20/11/2013), IHSG tercatat melemah 47,55 poin (1,08%) ke level 4.350,78. Turunnya IHSG ikut tergerus oleh pelemahan indeks saham bluechips yang melemah 1,48%.

Tergusurnya IHSG ke zona merah setelah menguat dua hari berturut-turut dipicu koreksi harga saham dari 156 emiten. Padahal 90 emiten lainnya masih bisa bergerak menguat sementara 103 emiten stagnan.

Transaksi perdagangan saham mencapai 121.582 kali dengan saham berpindahtangan sebanyak 4,38 miliar. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 5,04 triliun.

Pelemahan IHSG kali ini terjadi di tengah bursa saham regional yang bergerak mixed. Indeks bursa Nikkei dan Strait Times Singapura mencatat pelemahan masing-masing 0,33% dan 0,26%. Sementara Hang Seng Hong Kong menguat sebesar 0,18%.

Koreksi indeks saham kali ini sudah terlihat sejak pembukaan perdagangan. Indeks yang dibuka menguat di sesi pre-opening ke level 4.408,39, langsung tergusur ketika sesi pembukaan dimulai.

Praktis sepanjang perdagangan saham, IHSG sama sekali tak mampu beranjak dari zona merah. Aksi jual pemodal asing hingga sekitar Rp 200 miliar membuat indeks makin terpuruk di zona merah.

Terpuruknya IHSG makin terlihat ketika perdagangan sesi kedua dimulai. Indeks langsung runtuh ke level lebih dalam dan sempet menyentuh posisi terendahnya di 4.331,6.

Aksi tunggu pemodal terhadap dua sentimen besar dari regional dan global akhirnya memaksa indeks menutup perdagangan di level

Kekhawatiran investor dengan sentimen global tersebut membuat seluruh sektor saham ambruk masuk zona merah. Pelemahan terdalam dialami sektor industri aneka yang anjlok 2,67%, diikuti infrastruktur 2,03%, pertambangan 1,26%, manufaktur 1,2%, dan keuangan 1,05%.

Saham-saham lapis dua kini menjadi sasaran trading para pelaku pasar dan mendorongnya masuk daftar pencetak kenaikan harga tertinggi (top gainer). Emiten GMTD mencatatkan kenaikan harga saham tertinggi sebesar Rp 650, diikuti DUTI Rp 300, AKRA Rp 275, ICBP Rp 250, dan ULTJ Rp 200.

Di daftar saham dengan koreksi harga terdalam bertengger saham-saham bluechips seperti ITMG yang menguat Rp 1.350 dan UNVR Rp 500. Tiga top losser lainnya adalah MERK yang melemah Rp 7000, NIPS Rp 600 dan LPIN Rp 600 per saham. (Shd)