PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyesuaikan harga saham PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN). Penyesuaian harga saham itu mempertimbangkan ekspansi usaha yang dilakukan perseroan dengan menambah pabrik dan mengembangkan bisnis makanan olahan.
Perekonomian Indonesia yang ditopang oleh konsumsi domestik masyarakat memberikan sentimen positif untuk perusahan termasuk PT Malindo Feedmill Tbk. Apalagi peningkatan jumlah kelas menengah masyarakat Indonesia. Ditambah konsumsi daging ayam olahan meningkat.
Baca Juga
“Dengan PDB Indonesia diperkirakan dua kali lipat dari pencapaian tahun 2012 menjadi sekitar US$ 1,9 triliun pada 2020, kami optimistis konsumsi unggas akan terus tumbuh kuat,” tulis riset PT Pefindo, seperti dikutip Selasa (26/11/2013).
Advertisement
Populasi ayam dan produksi daging ayam diperkirakan masing-masing tumbuh 7% dan 9% CAGR pada 2009-2013. Hal itu menandakan konsumsi ayam di Indonesia meningkat.
Konsumsi ayam sebesar 7kg/tahun dengan pendapatan per kapita di Indonesia US$ 3.500 dinilai masih rendah. Dengan tingkat konsumsi 30 kg/ tahun per kapita di Jakarta, Pefindo menduga tidak meratanya pembangunan dan distribusi pendapatan membatasi peningkatan konsumsi ayam.
“Intensifnya pembangunan infrastruktur diharapkan dapat membantu meningkatkan konsumsi daging ayam,” tulis riset Pefindo.
Selain itu, pelaku industri pakan ternak termasuk PT Malindo Feedmill Tbk juga menunjukkan optimistisme seperti yang terlihat dari belanja modal yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
Selama tahun 2009-2012, perseroan menghabiskan dana sekitar Rp 730 miliar untuk belanja modal, dan sejumlah Rp 300 miliar telah dianggarkan pada 2013.
Saat ini, perseroan sedang membangun dua pabrik pakan baru. Pabrik itu terletak di Semarang dan Makassar dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 420 ribu ton. Pabrik pakan itu diharapkan mulai beroperasi masing-masing secara komersial pada kuartal II 2014 dan kuartal III 2014.
Dengan penambahan pabrik itu, perseroan memiliki lima pabrik pakan dengan total kapasitas terpasang 1,32 juta ton untuk meningkatkan prospek perusahaan di masa mendatang.
Selain itu, perseroan juga meningkatkan kapasitas peternakan pembibitan sebanyak 20 juta day old chick/DOC di Makassar. Saat ini kapasitas perseroan mencapai 182 juta doc.
Perseroan juga mengembangkan bisnis makanan olahan. Hingga September 2013, bisnis makanan olahan ini telah menyumbangkan pendapatan sebesar Rp 2,5 miliar.
“Bisnis ini sudah berada di jalurnya, dengan distribusi produk disalurkan melalui pasar modern, dan pasar basah,” tulis riset Pefindo.
Perseroan juga berencana membangun pabrik makanan olahan lain dan fasilitas penyimpanan daging di kawasan industri Deltamas Cikarang. Langkah awal, perseroan telah menyelesaikan perjanjian sewa tanah seluas 25.900 m2 di kawasan itu selama 10 tahun.
Pefindo menilai, ekspansi usaha perseroan ini dapat mendukung kinerja pendapatan perseroan ke depan. Pendapatan perseroan diproyeksikan tumbuh lebih dari 20% pada 2012-2017.
Target Harga Saham
Dengan melihat kondisi itu, Pefindo menargetkan saham Rp 3.625-Rp 4.350 per saham untuk 12 bulan mendatang. Hal itu berdasarkan dari pertumbuhan pendapatan dan pergerakan saham PT Malindo Feedmill Tbk.
Perseroan mencatatkan penjualan naik menjadi Rp 3,10 triliun hingga September 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai Rp 2,51 triliun. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun menjadi Rp 242,28 miliar hingga kuartal III 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai Rp 267,39 miliar.
PT Malindo Feedmill Tbk memproduksi dan menjual pakan ternak, khususnya pakan ayam ras pedaging indukan, pakan ayam pedaging, pakan ayam ras petelur, anak ayam usia sehari (doc), dan makanan olahan.
Perseroan bagian dari Leong Hup Holdings Berhad dan Emivest Berhad, pemain utama dalam industri unggas Malaysia. Saat ini, perseroan menjadi salah satu pemain penting dalam industri agri-food Indonesia.
Pada perdagangan saham Senin (25/11/2013), saham MAIN ditutup naik 4,62% ke level Rp 3.400 per saham. Nilai transaksi perdagangan saham sekitar Rp 34,4 miliar. (Ahm/Igw)