Sukses

Lo Kheng Hong, Pemodal Hartawan yang Cukup Kerja dari Taman

Lo Kheng Hong, investor pasar modal kini memiliki aset triliun rupiah. Bagaimana kiatnya yang membawanya sukses menjadi investor?

Menjadi kaya ternyata tak sesulit yang dibayangkan jika Anda mampu menguasai ilmunya. Terbukti salah satu investor kakap individu di pasar modal, Lo Kheng Hong mampu meraup pundi-pundi kekayaan lewat investasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Gurita bisnis investasi saham rupanya bisa membuat harta Bapak Investasi ini terus membengkak dengan nilai yang mencapai triliunan rupiah. Namun tahukah Anda, bila Hong bekerja mengamati pergerakan saham hanya dari sebuah taman kecil di salah satu sudut rumahnya?

Pria paruh baya ini membeberkan kisah manisnya mereguk untung menjadi investor di pasar modal Indonesia, salah satunya pada perusahaan pakan ternak, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dengan harga saham yang masih berada di level Rp 800 per lembar.

Dia mengaku, kerap menghabiskan waktu di sebuah taman yang penuh dengan pepohonan. "Saya tidak punya kantor. Setiap pagi, siang, sore dan malam, saya duduk di taman karena ada tanaman kamboja dan pohon mangga yang rindang," cerita Hong dalam Seminar Investor Summit, Jakarta, Kamis (28/11/2013).

Hong berkisah, dirinya lebih senang duduk di taman ketimbang bermacet-macet ria menuju kantor. Padahal dirinya mengaku menerima banyak tawaran pekerjaan di sebuah kantor nyaman dari sejumlah triliuner.

Kebiasaan Hong menghabiskan waktunya di taman tak sekadar berpangku tangan. Di lokasi favoritnya itu, Hong membaca sejumlah surat kabar terkait kinerja sejumlah emiten. Bahkan tak segan-segan dirinya menyimpan data tersebut sebagai bahan pertimbangan saat menanam investasi.

"Berita-berita soal emiten sangat penting, saya langganan beberapa koran dengan biaya Rp 480 ribu per bulan. Saya juga menggunting dan mem-filling artikel-artikel tersebut," lanjutnya.

Tak berhenti disitu, Hong juga rutin memelototi laporan keuangan perusahaan-perusahaan terbuka di situsnya masing-masing maupun laman resmi BEI.

"Tanpa baca laporan keuangan, kita ibarat beli kucing dalam karung. Minimal saya baca 100 pengumuman keterbukaan informasi di web BEI untuk menjadi arsip pribadi," terang dia. (Fik/Shd)