Sentimen makro ekonomi Indonesia mempengaruhi pergerakan indeks saham pada semester kedua 2013. Apalagi ditambah isu pengurangan stimulus moneter oleh bank sentral Amerika Serikat (tapering) telah memukul indeks saham.
Lalu, apakah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat terus menguat hingga akhir tahun 2013?. Sejumlah analis memperkirakan, indeks saham akan berada di kisaran 4.300-4.800 di penghujung tahun ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) year to date, IHSG hanya naik 0,12% ke level 4.321 pada perdagangan saham Senin (2/12/2013).
Padahal pada awal tahun 2013, pasar modal Indonesia begitu sumringah. Hal itu mengingat dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia cukup besar sejak 2012 hingga awal tahun 2013. Total pembelian saham oleh investor asing sekitar Rp 15,88 triliun pada 2012.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat tembus level 5.214,98 pada 20 Mei 2013. Namun sayang penguatan indeks saham hanya sementara. Semester kedua 2013, indeks saham cenderung tertekan.
Bahkan investor asing terus melakukan aksi jual. Isu bank sentral Amerika Serikat untuk mengurangi program stimulusnya (tapering) telah menekan bursa saham global termasuk Indonesia. Adapun aksi jual bersih asing mencapai Rp 15,29 triliun hingga Senin pekan ini.
"Tahun ini ada beberapa resiko yang utama berasal dari fundamental makro ekonomi Indonesia yaitu depresiasi rupiah, neraca perdagangan dan inflasi. Oleh karena itu banyak yang merevisi target indeks saham karena kondisi itu," ujar Analis PT Recapital Securities, Agustini Hamid, saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Selasa (3/12/2013).
Agustini menuturkan, IMF juga menurukan permintaan global atas komoditas neraca perdagangan Indonesia yang diprediksi akan sulit keluar dari defisit yang telah dimulai pada kuartal keempat 2012 hingga 2013.
Hal senada dikatakan, Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su. Harry mengatakan, defisit transaksi berjalan dan pelemahan rupiah membuat indeks saham tertekan. "Sentimen negatif banyak terjadi sehingga indeks saham tidak akan kemana-mana," kata Harry.
Target IHSG 2013
Sementara itu, Analis PT Buana Capital, Alfred Nainggolan mengatakan, data inflasi November 2013 sekitar 0,12% dan neraca perdagangan surplus US$ 50 juta pada Oktober diharapkan dapat menjadi katalis positif untuk indeks saham hingga akhir tahun.
"Dengan data-data membaik maka Bank Indonesia diharapkan tidak perlu menaikkan BI Rate. Meski kalau naik sedikit, jadi BI Rate di kisaran 7,5%-8% dengan inflasi di bawah 8% maka IHSG ada potensi ke 4.600," tutur Alfred.
Sedangkan Harry memperkirakan, IHSG akan berada di kisaran 4.300."Target indeks saham 4.300 dengan window dressing yang minimal. Justru karena banyak sentimen negatif maka indeksnya tidak kemana-mana," kata Harry.
Agustini memperkirakan, IHSG berada di kisaran 4.400-4.600 pada 2013. Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo mengatakan, kenaikan indeks saham akan ditopang oleh sejumlah sektor saham yaitu sektor saham konstruksi, properti dan konsumer menjelang akhir tahun ini. Satrio memproyeksikan, IHSG berada di kisaran 4.400-4.800. (Ahm)
Lalu, apakah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat terus menguat hingga akhir tahun 2013?. Sejumlah analis memperkirakan, indeks saham akan berada di kisaran 4.300-4.800 di penghujung tahun ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) year to date, IHSG hanya naik 0,12% ke level 4.321 pada perdagangan saham Senin (2/12/2013).
Padahal pada awal tahun 2013, pasar modal Indonesia begitu sumringah. Hal itu mengingat dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia cukup besar sejak 2012 hingga awal tahun 2013. Total pembelian saham oleh investor asing sekitar Rp 15,88 triliun pada 2012.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat tembus level 5.214,98 pada 20 Mei 2013. Namun sayang penguatan indeks saham hanya sementara. Semester kedua 2013, indeks saham cenderung tertekan.
Bahkan investor asing terus melakukan aksi jual. Isu bank sentral Amerika Serikat untuk mengurangi program stimulusnya (tapering) telah menekan bursa saham global termasuk Indonesia. Adapun aksi jual bersih asing mencapai Rp 15,29 triliun hingga Senin pekan ini.
"Tahun ini ada beberapa resiko yang utama berasal dari fundamental makro ekonomi Indonesia yaitu depresiasi rupiah, neraca perdagangan dan inflasi. Oleh karena itu banyak yang merevisi target indeks saham karena kondisi itu," ujar Analis PT Recapital Securities, Agustini Hamid, saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Selasa (3/12/2013).
Agustini menuturkan, IMF juga menurukan permintaan global atas komoditas neraca perdagangan Indonesia yang diprediksi akan sulit keluar dari defisit yang telah dimulai pada kuartal keempat 2012 hingga 2013.
Hal senada dikatakan, Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su. Harry mengatakan, defisit transaksi berjalan dan pelemahan rupiah membuat indeks saham tertekan. "Sentimen negatif banyak terjadi sehingga indeks saham tidak akan kemana-mana," kata Harry.
Target IHSG 2013
Sementara itu, Analis PT Buana Capital, Alfred Nainggolan mengatakan, data inflasi November 2013 sekitar 0,12% dan neraca perdagangan surplus US$ 50 juta pada Oktober diharapkan dapat menjadi katalis positif untuk indeks saham hingga akhir tahun.
"Dengan data-data membaik maka Bank Indonesia diharapkan tidak perlu menaikkan BI Rate. Meski kalau naik sedikit, jadi BI Rate di kisaran 7,5%-8% dengan inflasi di bawah 8% maka IHSG ada potensi ke 4.600," tutur Alfred.
Sedangkan Harry memperkirakan, IHSG akan berada di kisaran 4.300."Target indeks saham 4.300 dengan window dressing yang minimal. Justru karena banyak sentimen negatif maka indeksnya tidak kemana-mana," kata Harry.
Agustini memperkirakan, IHSG berada di kisaran 4.400-4.600 pada 2013. Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo mengatakan, kenaikan indeks saham akan ditopang oleh sejumlah sektor saham yaitu sektor saham konstruksi, properti dan konsumer menjelang akhir tahun ini. Satrio memproyeksikan, IHSG berada di kisaran 4.400-4.800. (Ahm)