Sukses

Fast Food Indonesia Bidik Pendapatan Rp 4,5 Triliun

PT Fast Food Indonesia Tbk menargetkan pendapatan sebesar Rp 4,53 triliun pada 2014.

PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) menargetkan pendapatan sebesar Rp 4,53 triliun pada 2014 dari proyeksi pendapatan 2013 sebesar Rp 4,12 triliun. Pendapatan itu akan didukung dari pertumbuhan toko pada tahun depan.

"Pertumbuhan itu akan ditopang dari ekspansi gerai sebanyak 30 gerai baru, dan gerai yang dibuka tahun 2013 akan menghasilkan penjualan penuh tahun serta pertumbuhan gerai lama," ujar Direktur PT Fast Food Indonesia Tbk, Justinus Juwono, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (3/12/2013).

Perseroan akan membangun 30 gerai baru pada 2014. Sebagian besar tipe gerai itu bertipe free standing. Untuk membangun gerai itu, perseroan akan menganggarkan dana belanja modal sebesar Rp 300 miliar pada 2014. "Dana belanja modal akan didapatkan dari kas internal," tutur Juwono.

Perseroan mencatatkan pendapatan naik 10,12% menjadi Rp 2,89 triliun hingga kuartal III 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai Rp 2,62 triliun. Laba periode berjalan perseroan turun menjadi Rp 107,55 miliar hingga kuartal III 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai Rp 139,74 miliar.

Perseroan mengalami kenaikan beban penjualan menjadi Rp 1,39 triliun hingga kuartal III 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai Rp 1,16 triliun. Beban umum dan administrasi perseroan naik menjadi Rp 214,88 miliar hingga kuartal III 2013.

Dalam keterangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan mengalami kenaikan upah minimum nasional di seluruh jaringan restoran KFC, yang pada tahun sebelumnya sekitar 14,5% menjadi 32% pada awal 2013.

Hal itu berdampak pada meningkatnya biaya gaji dari 14% dari penjualan menjadi hampir 18% dari penjualan. Selain itu, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga berdampak terhadap kenaikan biaya materai handling dan biaya perjalanan.

Saat ini pemegang saham waralaba KFC ini antara lain PT Indoritel Makmur International sebesar 35,8%, PT Gelael Pratama sebesar 43,8%, dan publik sebesar 20,4%. (Ahm)