Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan (BI rate) menuai dampak besar bagi beberapa emiten yang ada di bursa. Hal itu karena ada beberapa emiten yang menunda untuk menerbitkan obligasi (surat utang) pada tahun ini.
Direktur PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Vonny Widjaja mengatakan, ada lima emiten yang menunda rencana penerbitan obligasi pada tahun ini. Langkah penundaan penawaran obligasi karena kenaikan BI Rate yang menjadi 7,5%.
"Ada lima emiten yang nunda obligasi pada tahun ini. Dari lima emiten juga belum pasti ingin menerbitkan obligasinya kembali," kata Vonny ketika ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (16/12/2013).
Vonny menjelaskan, gejolak kenaikan BI Rate yang mencapai 7,5% sangatlah menuai pertanyaan dari berbagai kalangan, dampaknya juga sangat banyak terhadap kinerja emiten.
Selain itu, gejolak perekonomian global juga membuat kinerja emiten yang mau menerbitkan obligasi menjadi tertunda pada tahun ini. Hal itu karena perseroan kebanyakan tidak mau mengambil risiko yang tinggi dalam menerbitkan obligasi di saat ekonomi global yang masih belum membaik.
Ia mengungkapkan, lima emiten yang menunda penerbitan obligasi itu berasal dari beragam sektor. Selain itu, lima emiten itu menunda obligasi pada kuartal IV ini saja.
"BI Rate naik, maka bunga jadi lebih besar. Dari kenaikan BI rate yang membuat lima emiten untuk berpikir ulang dalam menerbitkan obligasi," tegasnya.
Hingga pekan kedua Desember 2013, penerbitan obligasi dan sukuk yang sudah tercatat mencapai 57 emisi dari 45 emiten senilai Rp 55,65 triliun. (Dis/Ahm)
Direktur PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Vonny Widjaja mengatakan, ada lima emiten yang menunda rencana penerbitan obligasi pada tahun ini. Langkah penundaan penawaran obligasi karena kenaikan BI Rate yang menjadi 7,5%.
"Ada lima emiten yang nunda obligasi pada tahun ini. Dari lima emiten juga belum pasti ingin menerbitkan obligasinya kembali," kata Vonny ketika ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (16/12/2013).
Vonny menjelaskan, gejolak kenaikan BI Rate yang mencapai 7,5% sangatlah menuai pertanyaan dari berbagai kalangan, dampaknya juga sangat banyak terhadap kinerja emiten.
Selain itu, gejolak perekonomian global juga membuat kinerja emiten yang mau menerbitkan obligasi menjadi tertunda pada tahun ini. Hal itu karena perseroan kebanyakan tidak mau mengambil risiko yang tinggi dalam menerbitkan obligasi di saat ekonomi global yang masih belum membaik.
Ia mengungkapkan, lima emiten yang menunda penerbitan obligasi itu berasal dari beragam sektor. Selain itu, lima emiten itu menunda obligasi pada kuartal IV ini saja.
"BI Rate naik, maka bunga jadi lebih besar. Dari kenaikan BI rate yang membuat lima emiten untuk berpikir ulang dalam menerbitkan obligasi," tegasnya.
Hingga pekan kedua Desember 2013, penerbitan obligasi dan sukuk yang sudah tercatat mencapai 57 emisi dari 45 emiten senilai Rp 55,65 triliun. (Dis/Ahm)