Pasar modal Indonesia akan menghadapi agenda besar baik dari internal dan eksternal pada 2014. Pemilihan umum dan penarikan dana stimulus moneter oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) akan memberikan sentimen ke bursa saham Indonesia.
Lalu melihat kondisi itu, berapa target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun depan? Mari simak ulasan dari sejumlah riset perusahaan sekuritas.
Perlambatan ekonomi diproyeksikan masih berlanjut pada tahun depan. Apalagi bank sentral AS, The Federal Reserve mulai menarik dana stimulus moneternya sekitar US$ 10 miliar pada Januari. Hal itu dapat menjadi kekhawatiran adanya capital outflow dari negara tujuan investasi.
Selain itu, Indonesia akan menghadapi pemilihan umum. Hal ini dapat memberikan ketidakpastian di bursa saham. Pelaku pasar kemungkinan cenderung wait and see hasil pemilihan umum khususnya pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden.
Dalam riset PT Buana Capital, hasil pemilihan umum ini akan menjadi salah satu kunci pergerakan di pasar keuangan pada 2014. Calon pimpinan yang terpilih dan market friendly diproyeksikan dapat memberikan sentimen positif untuk bursa saham pada semester kedua 2014.
Meski demikian, dalam riset PT Henan Putihrai, hal yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana calon-calon pimpinan dapat memaparkan dan mengeksekusi rencana mereka dalam mengatasi masalah infrastruktur, kebijakan politik pro pertumbuhan ekonomi yang pruden sehingga berpangkal pada membaiknya neraca perdagangan, sehatnya transaksi berjalan, stabilnya nilai tukar rupiah yang tercermin pada kondisi pasar modal.
Pada tahun 2013, Indonesia menghadapi tekanan besarnya defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Nilai tukar rupiah pun melemah terhadap dolar AS hingga tembus level 12.200. Hal itu berdampak terhadap pergerakan indeks saham sepanjang 2013.
Defisit neraca perdagangan Indonesia turun menjadi US$ 2,9 miliar pada kuartal III 2013 dari kuartal sebelumnya US$ 3,1 miliar. Defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III 2013 pun turun menjadi US$ 8,4 miliar atau 3,7% dari produk domestik bruto (PDB) dibanding kuartal sebelumnya US$ 9,9 miliar.
Riset PT Buana Capital memaparkan, defisit neraca transaksi berjalan akan mendekati konsensus di kisaran 2,8%-3,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2014. "Dengan defisit neraca transaksi berjalan masih besar maka nilai tukar rupiah masih akan mendapatkan tekanan yang menjadi tantangan pada 2014," tulis riset PT Buana Capital, seperti ditulis Minggu (29/12/2013).
Tahun 2014 yang masuk shio wood horse ini, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan mencapai 5,5%-5,9% hingga akhir 2014. Sementara itu, asumsi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), pertumbuhan ekonomi di kisaran 6% pada 2014. Nilai tukar rupiah pun diproyeksikan masih di kisaran 12.000.
Inflasi pun diproyeksikan mencapai 5,5% dengan catatan tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sementara itu, riset PT Henan Putihrai memperkirakan, inflasi akan mencapai 8,5% dan suku bunga acuan/BI Rate berada di level 8%.
Dengan melihat sejumlah proyeksi kondisi ekonomi, Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menyebutkan, IHSG akan berada di level 5.050 pada 2014. Rasa optimisme juga melingkupi analis PT Henan Putihrai, IHSG diproyeksikan mencapai 4.950. Target IHSG itu mencerminkan pertumbuhan rata-rata 16% dan PE 14,8X. Saat ini, rata-rata PER di bursa 16,9x.
Sementara itu, riset PT Buana Capital menyebutkan, jika IHSG akan berada di level 4.200 pada akhir 2013, maka IHSG diproyeksikan berada di level 4.838 pada akhir 2014. Untuk skenario terbaik, IHSG akan berada di kisaran 5.006-5.174.
"Kami menggunakan model grinold and kroner untuk proyeksi IHSG pada akhir 2014 dengan menggunakan rata-rata yield dividen 2%, stock buyback 0%, dan EPS growth 2014 di kisara 13,2% maka IHSG akan berada di kisaran 4.838 pada 2014," tulis riset PT Buana Capital.
Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su memproyeksikan, IHSG berada di kisaran 5.000 pada akhir 2014. Hal itu seiring kenaikan earning per share (eps)/ laba bersih per saham dan makro ekonomi.
Menurut Harry, dengan adanya kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) memang memperlambat pertumbuhan ekonomi tetapi impor menjadi berkurang. Hal itu dapat memberikan sentimen positif untuk rupiah.
"EPS akan naik dan rupiah ada kemungkinan menguat pada 2014. Rupiah akan berada di kisaran 11.300. Pemilu juga diharapkan memberikan sentimen positif," kata Harry saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Minggu (29/12/2013).
Harry meramal, sektor saham telekomunikasi dan consumer goods menjadi pilihan menarik pada tahun depan. Agenda pemilihan umum dengan adanya kampanye memberikan keuntungan untuk sektor saham telekomunikasi dan consumer goods. Sedangkan saham-saham yang masuk kategori media, menurut Harry kurang mendapatkan untung.
 "Sektor saham yang menarik yang mendapatkan untung dari pemilihan umum seperti telekomunikasi dan consumer,kalau media tidak terlalu benefit. Ketika kampanye orang telepon sehingga membutuhkan pulsa dan juga makan," kata Harry. (Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Baca Juga:
Penerbitan Obligasi di 2014 Bisa Tembus Rp 60 Triliun
Mandiri Sekuritas Bidik 20 Penawaran Obligasi pada Tahun Politik
57 Obligasi Korporasi Bakal Bermunculan Tahun Depan
Lalu melihat kondisi itu, berapa target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun depan? Mari simak ulasan dari sejumlah riset perusahaan sekuritas.
Perlambatan ekonomi diproyeksikan masih berlanjut pada tahun depan. Apalagi bank sentral AS, The Federal Reserve mulai menarik dana stimulus moneternya sekitar US$ 10 miliar pada Januari. Hal itu dapat menjadi kekhawatiran adanya capital outflow dari negara tujuan investasi.
Selain itu, Indonesia akan menghadapi pemilihan umum. Hal ini dapat memberikan ketidakpastian di bursa saham. Pelaku pasar kemungkinan cenderung wait and see hasil pemilihan umum khususnya pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden.
Dalam riset PT Buana Capital, hasil pemilihan umum ini akan menjadi salah satu kunci pergerakan di pasar keuangan pada 2014. Calon pimpinan yang terpilih dan market friendly diproyeksikan dapat memberikan sentimen positif untuk bursa saham pada semester kedua 2014.
Meski demikian, dalam riset PT Henan Putihrai, hal yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana calon-calon pimpinan dapat memaparkan dan mengeksekusi rencana mereka dalam mengatasi masalah infrastruktur, kebijakan politik pro pertumbuhan ekonomi yang pruden sehingga berpangkal pada membaiknya neraca perdagangan, sehatnya transaksi berjalan, stabilnya nilai tukar rupiah yang tercermin pada kondisi pasar modal.
Pada tahun 2013, Indonesia menghadapi tekanan besarnya defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Nilai tukar rupiah pun melemah terhadap dolar AS hingga tembus level 12.200. Hal itu berdampak terhadap pergerakan indeks saham sepanjang 2013.
Defisit neraca perdagangan Indonesia turun menjadi US$ 2,9 miliar pada kuartal III 2013 dari kuartal sebelumnya US$ 3,1 miliar. Defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III 2013 pun turun menjadi US$ 8,4 miliar atau 3,7% dari produk domestik bruto (PDB) dibanding kuartal sebelumnya US$ 9,9 miliar.
Riset PT Buana Capital memaparkan, defisit neraca transaksi berjalan akan mendekati konsensus di kisaran 2,8%-3,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2014. "Dengan defisit neraca transaksi berjalan masih besar maka nilai tukar rupiah masih akan mendapatkan tekanan yang menjadi tantangan pada 2014," tulis riset PT Buana Capital, seperti ditulis Minggu (29/12/2013).
Tahun 2014 yang masuk shio wood horse ini, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan mencapai 5,5%-5,9% hingga akhir 2014. Sementara itu, asumsi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), pertumbuhan ekonomi di kisaran 6% pada 2014. Nilai tukar rupiah pun diproyeksikan masih di kisaran 12.000.
Inflasi pun diproyeksikan mencapai 5,5% dengan catatan tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sementara itu, riset PT Henan Putihrai memperkirakan, inflasi akan mencapai 8,5% dan suku bunga acuan/BI Rate berada di level 8%.
Dengan melihat sejumlah proyeksi kondisi ekonomi, Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menyebutkan, IHSG akan berada di level 5.050 pada 2014. Rasa optimisme juga melingkupi analis PT Henan Putihrai, IHSG diproyeksikan mencapai 4.950. Target IHSG itu mencerminkan pertumbuhan rata-rata 16% dan PE 14,8X. Saat ini, rata-rata PER di bursa 16,9x.
Sementara itu, riset PT Buana Capital menyebutkan, jika IHSG akan berada di level 4.200 pada akhir 2013, maka IHSG diproyeksikan berada di level 4.838 pada akhir 2014. Untuk skenario terbaik, IHSG akan berada di kisaran 5.006-5.174.
"Kami menggunakan model grinold and kroner untuk proyeksi IHSG pada akhir 2014 dengan menggunakan rata-rata yield dividen 2%, stock buyback 0%, dan EPS growth 2014 di kisara 13,2% maka IHSG akan berada di kisaran 4.838 pada 2014," tulis riset PT Buana Capital.
Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su memproyeksikan, IHSG berada di kisaran 5.000 pada akhir 2014. Hal itu seiring kenaikan earning per share (eps)/ laba bersih per saham dan makro ekonomi.
Menurut Harry, dengan adanya kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) memang memperlambat pertumbuhan ekonomi tetapi impor menjadi berkurang. Hal itu dapat memberikan sentimen positif untuk rupiah.
"EPS akan naik dan rupiah ada kemungkinan menguat pada 2014. Rupiah akan berada di kisaran 11.300. Pemilu juga diharapkan memberikan sentimen positif," kata Harry saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Minggu (29/12/2013).
Harry meramal, sektor saham telekomunikasi dan consumer goods menjadi pilihan menarik pada tahun depan. Agenda pemilihan umum dengan adanya kampanye memberikan keuntungan untuk sektor saham telekomunikasi dan consumer goods. Sedangkan saham-saham yang masuk kategori media, menurut Harry kurang mendapatkan untung.
 "Sektor saham yang menarik yang mendapatkan untung dari pemilihan umum seperti telekomunikasi dan consumer,kalau media tidak terlalu benefit. Ketika kampanye orang telepon sehingga membutuhkan pulsa dan juga makan," kata Harry. (Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Baca Juga:
Penerbitan Obligasi di 2014 Bisa Tembus Rp 60 Triliun
Mandiri Sekuritas Bidik 20 Penawaran Obligasi pada Tahun Politik
57 Obligasi Korporasi Bakal Bermunculan Tahun Depan