PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengeluarkan sejumlah strategi mengantisipasi pelarangan ekspor mineral yang mulai berlaku 12 Januari 2014. Hal itu mengingat kontribusi ekspor bijih mineral mencapai 30%.
Sekretaris Perusahaan PT Aneka Tambang Tbk, Tri Hartono menuturkan, pihaknya mendukung kebijakan pemerintah terkait Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 tahun 2014 mengenai pelarangan ekspor mineral. PP itu terkait Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang tambang mineral dan batu bara. Salah satu langkah yang dilakukan perseroan dengan membangun smelter di dalam negeri.
Pihaknya sedang membangun sejumlah proyek termasuk smelter antara lain proyek smelter grade alumina (SGA) Mempawah, proyek chemical grade alumina (CGA) Tayan, proyek feronikel Halmahera Timur, proyek perluasan pabrik feronikel pomalaa, dan mandiodo pig iro project.
Tri mengakui, kontribusi ekspor bijih mineral mencapai 30% berdasarkan laporan keuangan hingga September 2013. Oleh karena itu, perseroan mengantisipasi pelarangan ekspor mineral dengan sejumlah langkah strategis.
Pertama, perseroan meningkatkan perdagangan emas menjadi 13,6 ton pada 2014 dari target 2013 sebesar 8,2 ton. Kedua, penjualan feronikel naik menjadi 20 ribu pada 2014 dari target penjualan feronikel 2013 sebesar 18 ribu ton.
"Proyek alumina di Tayang pun akan komersial Juni 2014 sehingga dapat memberikan kontribusi kepada perseroan," ujar Tri, saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (15/1/2014).
Selain itu, perseroan juga meningkatkan perdagangan batu bara dari anak usaha perseroan yaitu PT Indonesia Coal Resources. Tambang batu bara Sarolangun yang berlokasi di Jambi ini memiliki cadangan batu bara mencapai 8,25 juta ton. Kualitas batu bara yang dimiliki 5.300-5.500 Kcal/kg.
"Kami juga akan melakukan efisiensi di segala lini baik operasional dan produksi. Selain itu, kami juga mempercepat proyek pengembangan feronikel di Pomala. Proyek ini diharapkan selesai pada akhir 2014. Produksi nikel diharapkan mencapai 25 ribu-27 ribu," kata Tri.
Tri mengatakan, pihaknya memang mengharapkan ada relaksasi dari pemerintah. Namun sayang peluang relaksasi itu tertutup dari pemerintah.
Hingga kuartal II 2013, perseroan mencatatkan penjualan bersih mencapai Rp 8,8 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 7,13 triliun.
Sementara itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun signifikan menjadi Rp 347,99 miliar hingga kuartal III 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 627,77 miliar. (Ahm)
Baca juga:
ESDM Pastikan Larangan Ekspor Mineral Tetap Berlaku 12 Januari
Pengusaha Tolak Bea Keluar Tembaga Naik 60%
RI Stop Ekspor Mineral Mentah, Buruh: Kami Dukung!
Sekretaris Perusahaan PT Aneka Tambang Tbk, Tri Hartono menuturkan, pihaknya mendukung kebijakan pemerintah terkait Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 tahun 2014 mengenai pelarangan ekspor mineral. PP itu terkait Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang tambang mineral dan batu bara. Salah satu langkah yang dilakukan perseroan dengan membangun smelter di dalam negeri.
Pihaknya sedang membangun sejumlah proyek termasuk smelter antara lain proyek smelter grade alumina (SGA) Mempawah, proyek chemical grade alumina (CGA) Tayan, proyek feronikel Halmahera Timur, proyek perluasan pabrik feronikel pomalaa, dan mandiodo pig iro project.
Tri mengakui, kontribusi ekspor bijih mineral mencapai 30% berdasarkan laporan keuangan hingga September 2013. Oleh karena itu, perseroan mengantisipasi pelarangan ekspor mineral dengan sejumlah langkah strategis.
Pertama, perseroan meningkatkan perdagangan emas menjadi 13,6 ton pada 2014 dari target 2013 sebesar 8,2 ton. Kedua, penjualan feronikel naik menjadi 20 ribu pada 2014 dari target penjualan feronikel 2013 sebesar 18 ribu ton.
"Proyek alumina di Tayang pun akan komersial Juni 2014 sehingga dapat memberikan kontribusi kepada perseroan," ujar Tri, saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (15/1/2014).
Selain itu, perseroan juga meningkatkan perdagangan batu bara dari anak usaha perseroan yaitu PT Indonesia Coal Resources. Tambang batu bara Sarolangun yang berlokasi di Jambi ini memiliki cadangan batu bara mencapai 8,25 juta ton. Kualitas batu bara yang dimiliki 5.300-5.500 Kcal/kg.
"Kami juga akan melakukan efisiensi di segala lini baik operasional dan produksi. Selain itu, kami juga mempercepat proyek pengembangan feronikel di Pomala. Proyek ini diharapkan selesai pada akhir 2014. Produksi nikel diharapkan mencapai 25 ribu-27 ribu," kata Tri.
Tri mengatakan, pihaknya memang mengharapkan ada relaksasi dari pemerintah. Namun sayang peluang relaksasi itu tertutup dari pemerintah.
Hingga kuartal II 2013, perseroan mencatatkan penjualan bersih mencapai Rp 8,8 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 7,13 triliun.
Sementara itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun signifikan menjadi Rp 347,99 miliar hingga kuartal III 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 627,77 miliar. (Ahm)
Baca juga:
ESDM Pastikan Larangan Ekspor Mineral Tetap Berlaku 12 Januari
Pengusaha Tolak Bea Keluar Tembaga Naik 60%
RI Stop Ekspor Mineral Mentah, Buruh: Kami Dukung!