Meski pergerakan indeks saham berada di zona merah dalam dua hari berturut-turut pada pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu ditutup menguat 41 poin ke level 4.466 pada Jumat pekan ini.
IHSG menguat sekitar 1,08% dalam sepekan. Aksi jual investor asing memang cukup besar pada awal pekan ini. Investor asing mencatatkan aksi jual mencapai Rp 793,3 miliar.
Setelah rilis data makro ekonomi Indonesia keluar, investor asing mulai melakukan aksi beli hingga mencapai Rp 1,06 triliun dalam tiga hari.
Rilis data makro ekonomi Indonesia mulai dari inflasi, neraca perdagangan dan cadangan devisa mampu memberikan tenaga terhadap pergerakan indeks saham. Laju inflasi mencapai 1,07% pada Januari 2014 karena faktor cuaca yang mengganggu jalur distribusi. Hal itu membuat harga pangan cenderung naik.
Sementara itu, Indonesia mencatatkan surplus mencapai US$ 1,5 miliar pada Desember 2013 juga berimbas positif untuk pergerakan indeks saham. Padahal defisit neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 4,06 miliar sepanjang 2013. Angka ini naik signifikan dibandingkan defisit 2012 sebesar US$ 1,67 miliar.
Selain itu, Indonesia mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,78% pada 2013 di tengah perekonomian global lesu. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung melambat dibandingkan tahun 2012 sebesar 6,23%.
Namun pemerintah menilai, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sesuai dengan target. Cadangan devisa mencapai US$ 100 miliar pada Januari 2014 turut memberikan tenaga terhadap pergerakan indeks saham. Pelaku pasar pun merespon positif terhadap rilis data makro ekonomi tersebut.
Lalu sektor saham apa saja yang menopang pergerakan indeks saham selama pekan ini? Saham-saham apa saja yang menggerakan indeks saham? Sentimen eksternal apa saja yang mempengaruhi laju IHSG pada pekan kedua Februari ini? Berikut wawancara Liputan6.com dengan Analis PT Recapital Securities Agustini Hamid: (Ahm)
IHSG menguat sekitar 1,08% dalam sepekan. Aksi jual investor asing memang cukup besar pada awal pekan ini. Investor asing mencatatkan aksi jual mencapai Rp 793,3 miliar.
Setelah rilis data makro ekonomi Indonesia keluar, investor asing mulai melakukan aksi beli hingga mencapai Rp 1,06 triliun dalam tiga hari.
Rilis data makro ekonomi Indonesia mulai dari inflasi, neraca perdagangan dan cadangan devisa mampu memberikan tenaga terhadap pergerakan indeks saham. Laju inflasi mencapai 1,07% pada Januari 2014 karena faktor cuaca yang mengganggu jalur distribusi. Hal itu membuat harga pangan cenderung naik.
Sementara itu, Indonesia mencatatkan surplus mencapai US$ 1,5 miliar pada Desember 2013 juga berimbas positif untuk pergerakan indeks saham. Padahal defisit neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 4,06 miliar sepanjang 2013. Angka ini naik signifikan dibandingkan defisit 2012 sebesar US$ 1,67 miliar.
Selain itu, Indonesia mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,78% pada 2013 di tengah perekonomian global lesu. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung melambat dibandingkan tahun 2012 sebesar 6,23%.
Namun pemerintah menilai, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sesuai dengan target. Cadangan devisa mencapai US$ 100 miliar pada Januari 2014 turut memberikan tenaga terhadap pergerakan indeks saham. Pelaku pasar pun merespon positif terhadap rilis data makro ekonomi tersebut.
Lalu sektor saham apa saja yang menopang pergerakan indeks saham selama pekan ini? Saham-saham apa saja yang menggerakan indeks saham? Sentimen eksternal apa saja yang mempengaruhi laju IHSG pada pekan kedua Februari ini? Berikut wawancara Liputan6.com dengan Analis PT Recapital Securities Agustini Hamid: (Ahm)