PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menjajaki co-branding fasilitas Acuan Kepemilikan Sekuritas (AKSes) dengan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) bank pada 2014. Hal ini dilakukan untuk mempermudah para investor untuk memantau portofolio efek dan dananya.
Direktur Utama KSEI, Heri Sunaryadi menuturkan, pihaknya masih menaruh perhatian besar pada pengembangan fasilitas AKSes. Meski telah diimplementasikan sekitar empat tahun lalu, namun sayang penggunanya baru sekitar 13% padahal sudah diberikan secara gratis. Padahal fasilitas AKSes ini dapat membantu investor untuk memantau portofolio efek dan dananya.
Berdasarkan survei yang dilakukan pada akhir tahun 2013, salah satu kendala untuk menggunakan fasilitas AKSes adalah penggunaannnya yang dinilai terlalu rumit. Oleh karena itu, KSEI menjajaki co branding fasilitas AKSes dengan ATM bank.
Mengutip keterangan yang diterbitkan, yang ditulis Selasa (11/2/2014), pada tahap awal, penjajakan dilakukan dengan salah satu bank yang saat ini telah bekerjasama dengan KSEI sebagai bank pembayaran.
"Latar belakang dari ide co-branding ini adalah karena hampir semua orang telah memiliki ATM dan biasanya penggunaan ATM dilakukan secara berkala untuk melakukan transaksi perbankan. Nomor PIN ATM pun biasanya orang akan ingat di luar kepala. Jadi, idenya adalah investor dapat login ke Fasilitas AKSes sambil melakukan aktivitas lain terkait dengan menggunakan fasilitas yang telah umum digunakan di perbankan," ujar Heri.
Dengan pengembangan tersebut, Heri mengharapkan investor semakin mudah memantau portofolio efek dan dananya.Selain itu, KSEI juga mengembangkan pembentukan database investor pasar modal Indonesia termasuk pengkinian data lewat modul Static Data Investor (SDI).
Melalui modul SDI ini, pemegang rekening KSEI yakni perusahaan efek dan bank kustodian dapat memperbaharui sendiri data nasabahnya apabila ada perubahan.
"Proses ini sangat penting dan membutuhkan kerja sama dari pemegang rekening KSEI. Dengan data yang senantiasa terkini dan valid dapat dibangun database investor pasar modal yang secara lengkap dapat memberikan informasi demografi," tutur Heri.
Dengan database investor tersebut maka dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengembangan pasar modal dan kebijakan yang berhubungan dengan investor. (Ahm)
Direktur Utama KSEI, Heri Sunaryadi menuturkan, pihaknya masih menaruh perhatian besar pada pengembangan fasilitas AKSes. Meski telah diimplementasikan sekitar empat tahun lalu, namun sayang penggunanya baru sekitar 13% padahal sudah diberikan secara gratis. Padahal fasilitas AKSes ini dapat membantu investor untuk memantau portofolio efek dan dananya.
Berdasarkan survei yang dilakukan pada akhir tahun 2013, salah satu kendala untuk menggunakan fasilitas AKSes adalah penggunaannnya yang dinilai terlalu rumit. Oleh karena itu, KSEI menjajaki co branding fasilitas AKSes dengan ATM bank.
Mengutip keterangan yang diterbitkan, yang ditulis Selasa (11/2/2014), pada tahap awal, penjajakan dilakukan dengan salah satu bank yang saat ini telah bekerjasama dengan KSEI sebagai bank pembayaran.
"Latar belakang dari ide co-branding ini adalah karena hampir semua orang telah memiliki ATM dan biasanya penggunaan ATM dilakukan secara berkala untuk melakukan transaksi perbankan. Nomor PIN ATM pun biasanya orang akan ingat di luar kepala. Jadi, idenya adalah investor dapat login ke Fasilitas AKSes sambil melakukan aktivitas lain terkait dengan menggunakan fasilitas yang telah umum digunakan di perbankan," ujar Heri.
Dengan pengembangan tersebut, Heri mengharapkan investor semakin mudah memantau portofolio efek dan dananya.Selain itu, KSEI juga mengembangkan pembentukan database investor pasar modal Indonesia termasuk pengkinian data lewat modul Static Data Investor (SDI).
Melalui modul SDI ini, pemegang rekening KSEI yakni perusahaan efek dan bank kustodian dapat memperbaharui sendiri data nasabahnya apabila ada perubahan.
"Proses ini sangat penting dan membutuhkan kerja sama dari pemegang rekening KSEI. Dengan data yang senantiasa terkini dan valid dapat dibangun database investor pasar modal yang secara lengkap dapat memberikan informasi demografi," tutur Heri.
Dengan database investor tersebut maka dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengembangan pasar modal dan kebijakan yang berhubungan dengan investor. (Ahm)