Sukses

Minim Sentimen Bursa Asia Melemah, Wall Street Variatif

Bursa saham Asia bergerak melemah seiring pelaku pasar fokus terhadap kebijakan bank sentral China.

Bursa saham Asia bergerak melemah dengan indeks saham acuan mengakhiri kenaikannya dalam tiga hari ini pada perdagangan saham Rabu (19/2/2014). Pelemahan indeks saham ini juga didorong dari indeks saham Jepang yang tergelincir.

Indeks saham MSCI Asia Pacific melemah 0,2% pada pukul 09.57 waktu Tokyo. Indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,8% ke level 14.724,51. Indeks saham Topix melemah 0,2%. Sementara itu, indeks saham Australia menguat 0,4%. Indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,5%.

"Pasar saham berjalan cukup baik dalam seminggu terakhir. Namun belum ada katalis yang mendorong pasar lebih tinggi sehingga investor tetap menunggu," ujar Stan Shamu, Market Strategist IG Ltd, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Rabu pekan ini.

Adapun sentimen yang mempengaruhi bursa saham Asia seperti hasil pertemuan bank sentral Jepang. Bank of Japan tetap mempertahankan program pembelian asetnya. Sedangkan dalam risalah pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve, tetap menyetujui untuk mengurangi program dana stimulus moneternya (tapering).

Selain itu, investor juga fokus terhadap suku bunga acuan di China. Fokus pasar tersebut seiring ada kekhawatiran likuiditas setelah penyaluran kredit di China meningkat. Bank sentral China sedang merancang untuk mendorong perusahaan develarage dan mencegah kegiatan shadow banking berisiko tinggi.

Penutupan Wall Street

Bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak variatif pada perdagangan saham Selasa (Rabu pagi)  didorong aksi korporasi meningkatkan keyakinan di pasar saham. Padahal data ekonomi AS tidak terlalu menggembirakan.

Indeks saham Dow Jones melemah 23,99 poin atau 0,15% ke level 16.130,40. Indeks saham S&P naik 2,13 poin atau 0,12% ke level 1.840,76. Sementara itu, indeks saham Nasdaq menguat 28,75 poin atau 0,68% ke level 4.272,78.

Volume perdagangan saham sekitar 6,2 miliar saham di bursa saham AS. Angka itu di bawah rata-rata perdagangan saham pada Februari sebesar 7,13 miliar saham.

Data ekonomi mengecewakan memang sedikit mempengaruhi bursa saham. Akan tetapi investor melihat data ekonomi mengecewakan karena faktor cuaca. Data empire manufacturing di Februari turun signifikan lebih buruk dari harapan yang diperkirakan. Hal itu disebabkan oleh cuaca buruk yang terjadi sepanjang awal tahun ini. Harga minyak pun melonjak 2,1% ke level US$ 102,4 per barel.

"Kita akan melihat cuaca menjadi alasan atas buruknya data ekonomi terutama jika berhubungan dengan konsumen," kata Kim Forrset, Senior Equity Research Fort Pitt Capital.

Sejumlah saham menguat seiring berita aksi korporasi yang dialami perseroan. Saham Forest labs melonjak 27,5% ke level US$ 91,04. Saham produsen obat yaitu Teva naik 3,3% ke level US$ 45,67. Saham Mylan melonjak 48,3% ke level US$ 48,3.

Sedangkan saham Coca Cola melemah 3,8% ke level US$ 37,47 setelah melaporkan volume penjualan di bawah harapan pasar. Saham Tesla naik 2,8% menjadi US$ 203,70. Sementara itu, saham Apple naik tipis 0,4% menjadi US$ 545,99. (Ahm)
Video Terkini