Liputan6.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-22 tak dinaungi keberuntungan dalam undian fase grup SEA Games 2017. Itu karena mereka harus bertemu lawan-lawan berat yang berpotensi menghancurkan mimpi mereka meraih medali emas.
Berdasarkan hasil undian yang dilakukan di Kuala Lumpur, Sabtu (8/7/2017) pagi, timnas Indonesia masuk Grup B bersama Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja, dan Timor Leste. Sedangkan Grup A dihuni tuan rumah Malaysia, Myanmar, Singapura, Laos, dan Brunei Darussalam.
Baca Juga
Advertisement
"Grup B lebih banyak pesertanya dibandingkan dengan Grup A. Persaingan untuk lolos ke semifinal lebih berat dengan jumlah pertandingan yang lebih banyak," kata Endri dalam rilis yang diterima wartawan, Sabtu (8/7/2017). Â
"Tapi, kami Insya Allah siap menghadapi SEA Games. Siapa pun saingannya, yang penting adalah persiapan timnas kita sendiri," ungkapnya.Â
Bagi PSSI, SEA Games 2017 menjadi target utama mereka di tahun ini. Berbagai upaya telah dilakukan agar skuat Merah Putih berjaya di ajang dua tahunan tersebut. Setidaknya, persiapan sudah dilakukan sejak awal tahun.
Proyek demi emas SEA Games 2017 dimulai dengan perekrutan Luis Milla sebagai pelatih kepala. PSSI tergiur dengan pengalaman Luis Milla yang membawa timnas Spanyol U-21 menjuarai Piala Eropa U-21 2011. Selain itu, ia juga pernah menangani Spanyol U-19, U-20, dan U-23.
Demi mengumpulkan pemain-pemain U-23 berkualitas, PSSI pun sampai harus membuat regulasi yang sedikit berbau kontroversial. Mereka mewajibkan setiap peserta Liga 1 memainkan tiga pemain U-23 minimal selama 45 menit di setiap pertandingan.
Klub pun ikut berkorban ketika beberapa pemain U-23 mereka dipanggil untuk menjalani pemusatan latihan (TC) timnas. Saat TC berlangsung, kompetisi Liga 1 tetap berjalan. Semua hal itu dilakukan agar timnas bisa mengakhiri paceklik medali emas SEA Games.
Ya, emas SEA Games memang telah menjadi barang mahal bagi sepak bola Indonesia. Tercatat, emas terakhir didapat timnas pada SEA Games 1991. Saat itu timnas Indonesia yang dilatih Anatoli Polosin dihuni Aji Santoso, Robby Darwis, Yusuf Ekodono, dan Bambang Nurdiansyah.
Sejak itu, timnas memiliki beberapa kesempatan untuk mengakhiri paceklik medali emas. Tercatat, sudah dua kali mereka melaju hingga laga final. Sayang, kerja keras mereka hanya berakhir dengan medali perak.
Tim terakhir yang memupuskan harapan timnas tersebut adalah Thailand. Keduanya bertemu di final SEA Games 2013. Timnas yang kala itu dilatih Rahmad Darmawan menyerah 0-1 akibat gol Sarawut Masuk di menit ke-22.
Uniknya, kala itu kedua tim juga sempat bertemu di fase grup. Duel tersebut berakhir dengan kemenangan Thailand 4-1. Namun, timnas Indonesia tetap bisa lolos ke semifinal dengan keunggulan head to head atas Myanmar untuk memperebutkan posisi runner-up.
Timnas dan Thailand juga sempat bentrok di semifinal SEA Games 2015. Di laga tersebut, timnas dihajar Thailand lima gol tanpa balas.
Selama ini, Thailand memang menjadi momok bagi sepak bola Indonesia. Di SEA Games, 11 pertemuan terakhir kedua tim berakhir dengan sembilan kemenangan untuk Thailand. Sedangkan satu kemenangan Indonesia didapat pada fase grup SEA Games 2011.
Pada SEA Games 1997, kedua tim juga sempat bertemu di laga final. Setelah bermain imbang dengan skor 1-1, tim Gajah Putih memenangkan pertarungan lewat adu penalti. Itu menjadi ajang pembalasan Thailand atas kekalahan dari timnas di final SEA Games 1991.
Ditambah, sepak bola Thailand saat ini terus berkembang. Usai merebut emas SEA Games 2013, Tim Gajah Putih sukses mempertahankannya pada ajang SEA Games 2015.
Bukan hanya Thailand, Vietnam pun menjadi tim yang patut diwaspadai skuat Febri Hariyadi dan kawan-kawan. Pada pertemuan terakhir, kedua tim bentrok di semifinal SEA Games 2011. Timnas menang 2-0 berkat gol Patrich Wanggai dan Titus Bonai.
Total, sudah delapan kali kedua tim bertemu di ajang SEA Games. Catatan timnas memang jauh lebih baik dari Vietnam. Mereka menang lima kali, kalah tiga kali, dan sekali imbang. Bisa dipastikan bahwa Vietnam tetap menjadi kekuatan yang mengerikan bagi timnas.
Tiga peserta lain juga berpotensi menimbulkan ancaman bagi timnas Indonesia. Filipina, Kamboja, dan Timor Leste adalah negara di mana sepak bolanya sedang berkembang. Artinya, butuh kerja keras dan sedikit keberuntungan bagi Indonesia untuk bisa mengakhiri paceklik emas SEA Games.