Sukses

Eko Yuli, Pemegang Tradisi Emas Angkat Besi SEA Games

Eko Yuli tidak hanya mengincar SEA Games 2017, tetapi juga Olimpiade 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Nama Eko Yuli Irawan tentu sudah tak asing lagi di pentas angkat besi Asia Tenggara. Tak salah pula jika dia selalu jadi andalan Indonesia di ajang SEA Games, sejak 10 tahun silam. Begitu juga di SEA Games 2017, yang akan digelar di Kuala Lumpur, Malaysia.

Sepuluh tahun silam, Eko Yuli menjalani pertandingan debut di SEA Games 2017, pada cabang angkat besi nomor 56 kg putra. Pengalaman perdana sang lifter mencicipi SEA Games berujung manis. Medali emas berhasil masuk genggamannya. Itulah emas pertama Eko Yuli di ajang internasional. 

Prestasi manis tersebut kembali terulang setiap Eko Yuli berkiprah di SEA Games. Namun, setelah edisi kedua dan selanjutnya, dia turun pada nomor 62 kg. Hanya pada SEA Games 2015 Singapura, Eko Yuli tak mempersembahkan emas. Tentu bukan karena performanya telah menurun, melainkan karena angkat besi tak dipertandingkan. 

Namun, ternyata emas SEA Games tidak pernah menjadi tujuan utama. Eko Yuli mengklaim hanya selalu berusaha tampil maksimal demi tujuan utamanya, yaitu masuk ke Olimpiade.

"Memang pasti bangga bisa meraih emas SEA Games sejak 2007. Namun, awalnya memang saya ingin bisa meraih medali emas di Olimpiade. Jadi, dari awal memang tidak terpikir target di SEA Games. Saya hanya berpikir medali emas di SEA Games itu bukan sesuatu yang mustahil," ungkap Eko Yuli kepada Bola.com, bulan lalu. 

Olimpiade pun masih menjadi tujuan utama Eko Yuli Irawan menjelang perhelatan SEA Games 2017. Pandangannya sudah melihat jauh ke Olimpiade 2020 yang akan berlangsung di Tokyo Jepang. Eko Yuli ingin mempertahankan emas SEA Games demi mempermulus jalan ke Tokyo.

Lifter kelahiran Lampung tersebut masih penasaran mengincar emas di kancah Olimpiade. Maklum, meskipun telah mengantongi tiga medali dari olimpiade, belum ada yang berwujud medali emas. Dia baru mengantongi dua medali perunggu dan satu keping perak.

"Medali emas tetap menjadi target di SEA Games 2017 agar saya tetap bisa memiliki jalan menuju Olimpiade 2020. SEA Games ini untuk membuka jalan agar persiapan saya menuju 2020 tetap terjaga," ujar Eko Yuli.

"Tentu saya optimistis karena memang target utama saya adalah pada 2020 nanti, jadi sampai ke sana nanti saya harus tetap optimistis. SEA Games itu intinya adalah perjalanan untuk menuju ke Asian Games dan berlanjut ke Olimpiade," lanjutnya.

Demi mempertahankan tradisi medali emas SEA Games di Kuala Lumpur, Eko Yuli menggeber persiapan serius. Hanya tiga bulan setelah mempersembahkan medali perak di  Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Eko Yuli sudah kembali berlatih.  Berawal dari latihan di Jakarta Timur, Eko Yuli dan atlet-atlet angkat besi lainnya menjalani persiapan yang lebih intens di Soreang, Kabupaten Bandung.

Timnas angkat besi juga mengikuti beberapa kejuaraan demi mengasah dan mengukur kekuatan. Grafik performa Eko Yuli tak mengecewakan selama periode latihan menjelang SEA Games 2017. Dia berhasil meraup medali emas pada Islamic Solidarity Games 2017.  

"Sebagai atlet saya hanya tahu bagaimana soal latihan, dan jika ada yang tidak terpenuhi dalam persiapan, kami meminta kepada pelatih atau manajer. Mereka yang akan menyampaikan kepada Satlak Prima atau kepada PABBSI. Kalau masalah tekanan hanya saat ada keluhan karena cedera. Kami punya target medali dan jika sampai cedera tentu akan malu saat gagal. Kami tentu juga mendapat tekanan agar tidak pulang dengan tanpa medali," urai Eko Yuli.

2 dari 2 halaman

Alasan Pilih Angkat Besi

Deretan medali serta status sebagai lifter andalan Indonesia, termasuk pada SEA Games 2017, jelas diraih Eko Yuli dengan melalui jalan berliku. Pria berpostur 154 cm tersebut pun mengenang awal kiprahnya terjun ke angkat besi, yang akhirnya mengangkat namanya hingga level internasional.  

Eko Yuli mengaku sudah menggeluti angkat besi sejak 2001. Kepada Bola.com, Eko Yuli menceritakan awal ketertarikannya dengan cabang olahraga tersebut, serta pengalaman diusir dari tempat latihan. 

"Awalnya hanya coba-coba. Sebagai anak kecil, tentu awam dengan angkat besi. Saya dan teman-teman sempat datang ke tempat latihan dan bertanya-tanya, olahraga apa ini. Sempat diusir waktu itu karena anak-anak hanya dianggap mengganggu," kenang Eko Yuli.

"Namun, saat itu saya dan teman-teman diberi tahu kalau penasaran boleh datang asal menggunakan sepatu olahraga dan celana pendek. Ternyata saat kami datang dengan penampilan seperti itu justru dianggap ingin berlatih. Akhirnya ya saya coba dan lama-lama pun terbiasa. Setahun berlatih, akhirnya ikut kejuaraan dan langsung meraih medali emas pada saat berusia 12 tahun," lanjut atlet peraih medali perak Olimpiade 2016 itu.

Di antara rasa bangga meraih prestasi di kejuaraan pertama, Eko Yuli juga menyimpan rasa penasaran. Dia mengaku bingung mengapa atlet rela berlatih keras dan mengikuti berbagai kompetisi hanya demi mengejar medali. Pencerahan datang dari pelatih yang menanganinya saat itu. Sang mentor memberi tahu mendulang prestasi di ajang bergengsi bakal diganjar bonus. 

Iming-iming bonus itu tampaknya cukup berpengaruh bagi Eko Yuli. Bertekad ingin memperbaiki ekonomi keluarga melecut Eko Yuli untuk lebih serius berlatih dan menorehkan prestasi. Alasan memperbaiki ekonomi keluarga pula yang memotivasinya terus berusaha menjadi yang terbaik di cabang olahraga tersebut.

"Memang saya ingin membantu ekonomi keluarga. Saya ingat saat SEA Games 2007, pemerintah menjanjikan bonus yang sangat besar. Jadi dari rasa ingin membantu orang tua, saya berusaha keras untuk bisa meraih medali emas yang akhirnya memang menjadi milik saya," ujarnya.

Jerih payah atlet yang kini sudah menginjak usia 28 tahun itu terbayar sudah. Berkat angkat besi, Eko Yuli telah banyak membantu perekonomian keluarganya serta membeli rumah sendiri, setelah bertahun-tahun tinggal di rumah kontrakan. Namun, Eko Yuli belum mau berhenti. Dia masih ingin terus melaju dan menambah koleksi gelarnya. SEA Games 2017 bakal kembali jadi pembuktian bagi lifter andalan Tanah Air tersebut.  

Selamat berjuang, Eko Yuli Irawan!

Â