Liputan6.com, Jakarta Maju dalam pemilu legislatif tentunya perlu dana yang tidak sedikit. Bahkan, pesinetron Lucky Hakim buka-bukaan soal biaya politik yang ia keluarkan selama menjadi calon legislatif. Ia mengaku mengeluarkan uang nyaris Rp 1 miliar untuk meraup suara.
"Kira-kira 900 juta. Rinciannya, 60 persen untuk sosialisasi dan 40 persen mengawasi suara agar tidak dicuri caleg lain," kata Lucky di Studio Persari, Ciganjur, Jakarta Selatan, Senin (28/4/2014).
Fenomena `pencurian suara` memang menjadi sesuatu yang diwaspadai para caleg, termasuk Lucky. Ia tak mau, dukungan masyarakat terhadapnya justru dialihkan ke calon yang lain.
"Kemarin ada teman artis yang pas quick count menang, lalu dia nggak awasi suaranya. Setelah itu dia dinyatakan kalah karena tiba-tiba suaranya tidak cukup," kata Lucky memberitahu.
Keluar banyak uang lalu tak lolos ke Senayan tentunya bikin sakit hati berlipat ganda. Menghindari hal itu, Lucky pun merekrut 600 orang yang ia sebar di 9ribu tempat pemungutan suara (TPS). Orang-orang itu bertugas sebagai saksi yang mengawal suara Lucky.
"Idealnya satu TPS itu dua saksi. Kalau ada 9ribu TPS, berarti harus ada 18ribu saksi. Saya nggak mampu merekrut sebegitu banyak orang, makanya hanya mampu sebar 600 orang saja," imbuh dia.