Liputan6.com, Jakarta Slank ditunjuk oleh Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (Komnas PGPKT), sebagai duta International Noise Awareness Day (INAD), untuk mencegah ketulian pada musisi. Komnas PGPKT menganggap musisi dianggap sebagai orang yang rentan akan ketulian, akibat bising musik yang memiliki intensitas tinggi dan berkelanjutan.
Apalagi, suara bising diatas 85 desibel berbahaya bagi pendengaran dan bisa mengakibatkan tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, gangguan tidur serta keluhan lain yang berhubungan dengan stress.
"Musisi harus tahu betul soal pendengaran mereka sendiri. Berapa persen suara yang masuk ketelinga mereka. Kalau bisa dibawah 85 desibel agar tidak mengganggu telinga," ujar Dr Brasto Bramantyo, dokter spesialis THT dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo di markas Slank, di Potlot, kawasan Durentiga, Jakarta Selatan, Selasa (29/4/2014).
"Mereka harus tahu juga alat apa yang sesuai dengan kebutuhan musisi itu sendiri. Kayak soundnya, mereka harus tahu kapasitasnya volumenya berapa persen agar tidak terlalu bising," tambah Dr Brasto.
Karen hal itu, Bimbim Slank mulai membuka mata untuk menjaga pentingnya kesehatan telinga. Apalagi, selama ini Bimbim tak pernah menghiraukan telinganya dan sering berlebihan dalam mendengarkan musik.
"Sedikit nggak peduli sih sebelumnya. Karena gue lebih peduli musiknya, daripada telinga sendiri. Gue juga termasuk yang sering minta naikin volume lebih keras, biar suaranya enak didengar," jelasnya.
Penggebuk drum Slank itu mencoba berbagi dengan sesama musisi dan mengkampanyekan pentingnya pendengaran bagi seorang musisi, dengan mengurangi volume yang berlebih saat bermusik.
"Selama ini hampir semua musisi nggak tahu bahayanya. Hal yang paling ditakutkan sama musisi kan itu, nggak bisa mendengar. Itu harta yang paling berharga," ujarnya.
Slank Kampanye Cegah Ketulian Pada Musisi
Slank ditunjuk oleh Komnas PGPKT sebagai duta INAD untuk mencegah ketulian pada musisi
Advertisement