Sukses

The Amazing Spider-Man 2, Gambaran Rumitnya Kehidupan Superhero

The Amazing Spider-Man 2 mencoba menampilkan bagaimana Peter Parker mengalami kesulitan dalam menata kehidupannya sebagai superhero.

Liputan6.com, Los Angeles, Amerika Serikat The Amazing Spider-Man 2 saat ini sedang ditayangkan di bioskop-bioskop Tanah Air sejak akhir April 2014 lalu. Banyak yang menunggu aksi Spider-Man melawan tiga musuh barunya setelah kemunculan The Lizard.

Canggihnya visualisasi serta efek yang ada di dalam film, cukup seimbang dengan pengungkapan masa lalu serta jati diri Peter Parker selaku tokoh utamanya. Pembukaan film pun menampilkan bagaimana nasib orang tua Peter setelah berpisah dengannya.

Selain kecanggihan efek filmnya, banyak juga elemen dari komik yang dituangkan ke dalam beberapa adegan serta karakter pendukungnya. Peter Parker (Andrew Garfield) dikisahkan sudah lulus dari SMA. Ia pun harus mempertahankan hubungannya dengan Gwen Stacy (Emma Stone) setelah merayakan kelulusan.


Selama menjadi Spider-Man, Peter juga harus menghadapi tiga penjahat baru, yaitu Rhino (Paul Giamatti), Electro (Jamie Foxx), dan Green Goblin (Dane DeHaan). Ketiganya memiliki latar belakang serta alasan masing-masing untuk memusuhi Spider-Man.

Rhino yang bernama asli Aleksei Sytsevich muncul paling pertama di film ini. Akting yang dibawakan oleh Paul, memperlihatkan bahwa Rhino merupakan penjahat brutal yang tidak kenal ampun dalam membuat kekacauan di kota.


Musuh utama Spider-Man yang muncul selanjutnya adalah Electro. Pria pemilik nama asli Max Dillon itu merupakan teknisi listrik di perusahaan Oscorp. Setelah jatuh ke sebuah tabung berisi belut listrik dalam sebuah insiden, Max berubah menjadi manusia listrik.

Kekaguman Max terhadap Spider-Man lenyap tiba-tiba setelah ia berubah menjadi Electro. Ia memusuhi sang manusia laba-laba karena kesalahpahaman yang sangat merugikan bagi dirinya sendiri. Max sebetulnya bukanlah orang yang jahat, namun sifatnya berubah drastis karena sebelumnya ia selalu merasa kesepian. Jamie Foxx menampilkan karakter ini dengan sangat unik saat masih sebagai Max maupun setelah menjadi Electro.


Musuh ketiga Spider-Man adalah sahabat lama Peter Parker, Harry Osborn. Harry adalah putra dari pemilik perusahaan Oscorp, Norman Osborn. Setelah sang ayah wafat, Harry meminta bantuan Spider-Man untuk menyembuhkan penyakitnya. Tapi penolakan dari Spider-Man membuat Harry memusuhinya hingga ia berubah menjadi Green Goblin.


Kisah cinta antara Peter Parker dan Gwen Stacy juga memiliki kesan tersendiri. Di sini kita bisa melihat hubungan mereka yang tidak stabil hingga akhirnya Peter memiliki kesempatan untuk hidup bersama Gwen. Namun, sebuah kejadian membuat Peter harus setia pada pekerjaan sampingannya sebagai Spider-Man.


Unsur humor di dalam The Amazing Spider-Man cukup kental dan dipadu dengan beragam adegan drama, aksi, hingga tragedi yang mampu membuat penonton terbahak-bahak, terkagum-kagum, hingga berlinang air mata.

Film ini juga mencoba menampilkan bagaimana Peter Parker mengalami kesulitan dan kelelahan dalam menata hubungan asmara, pekerjaan, hingga tugas mulianya sebagai superhero di balik kostum Spider-Man.


Sayangnya, banyak pengamat yang menganggap The Amazing Spider-Man 2 memiliki kelemahan dalam menampilkan beberapa realita yang ada. Bahkan, film ini juga dianggap sangat tipikal dalam menampilkan efek visual.

Secara keseluruhan, The Amazing Spider-Man 2 sangat seru untuk ditonton bersama keluarga maupun teman-teman. Aksi yang disajikan memang lebih menarik ketimbang film pertamanya. Bahkan, musuh-musuhnya pun terlihat lebih fantastik ketimbang film pertama.