Liputan6.com, Jakarta Godzilla sedang merajai bioskop. Hasil box office pekan pertama peredarannya menunjukkan Godzilla sebagai sang raja box office dengan angka hampir US$ 200 juta dari seluruh dunia. Bujet US$ 160 juta langsung balik hanya dalam waktu tiga hari. Tak heran produser Hollywood yang membuatnya langsung bernafsu ingin buat sekuelnya.
Monster sudah menjadi daya tarik sinema sejak lama. Film yang menunjukkan makhluk buruk rupa berwujud monster sudah ada sejak era film bisu. Akarnya adalah film horor. Orang rupanya tak hanya senang ditakut-takuti oleh hantu atau makhluk halus, melainkan juga oleh makhluk buruk rupa yang wujudnya mengerikan.
Itu sebabnya film monster hampir tak pernah absen dibuat, entah oleh Hollywood maupun pusat sinema lain semisal Jepang, Korea, atau Eropa. Bertepatan dengan Godzilla yang sedang tayang di bioskop, kami mengingat lagi film-film monster apa saja yang menurut kami paling asyik, dari dahulu hingga sekarang. Sebagian filmnya mungkin baru pertama kali Anda dengar. Tapi percaya, deh pilihan kami tak salah karena berdasar mutu filmnya dari berbagai ulasan kritikus film. Yang kami hadirkan hari ini bagian kedua, posisi 5 sampai 1.
Advertisement
Baca juga:
The Thing
5. The Thing (sutr. John Carpenter, 1982)
Monster alien di film ini awalnya mendarat di Antartika dan punya kemampuan menghuni badan korbannya. Film karya sutradara spesialis film horor-fiksi ilmiah John Carpenter ini, menebar ketegangan dengan membuatnya tak terlihat. Ketika rilis filmnya kalah pamor oleh "E.T.: Extra Teresterial" milik Steven Spielberg yang menyuguhkan alien lebih bersahabat. Namun, seiring waktu, filmnya membangun penggemar tersendiri yang memujanya setengah mati. Tak ayal, filmnya kemudian dianggap sebagai salah satu film paling menyeramkan yang pernah dibuat.
Advertisement
Monsters
4. Monsters (sutr. Gareth Edwards, 2010)
Sebelum menghentak dunia dengan versi baru Godzilla tahun ini, sutradara Gareth Edwards sudah memikat penggemar film monster maupun film indie lewat "Monsters". Pendekatan Edwards pada genre ini dianggap baru. Yang ingin melihat pemeran spesial efek monster mengamuk, pasti bakal kecewa. Film ini bukan tentang hal itu. Bahkan film ini bukan tentang monster. Ini adalah sebuah road movie alias kisah perjalanan. Ceritanya dibangun oleh hubungan antara karakter, ikatan di antara mereka. Bagaimana mereka (dalam film ini Andrew Kaulder [diperankan Scoot McNairy] and Samantha Wynden [Whitney Able]) menghadapi dunia yang diisi monster alien raksasa berkeliaran di perbatasan Meksiko dengan Amerika. Bayangkanlah sebuah film macam "Before Sunrise" atau "Before Sunset" dengan monster yang mengintai setiap saat. Sebuah karya brilian yang mengasyikkan.
King Kong
3. King Kong (sutr. Merian C. Cooper dan Ernest B. Schoedsack, 1933)
Pada 1991, film "King Kong" pertama yang rilis tahun 1933 didaftarkan untuk dilestarikan sebagai cagar budaya Amerika Serikat dengan alasan filmnya "secara kultural, sejarah, dan sebagai pencapaian karya seni sangat penting." Ya, "King Kong" dianggap sebagai nenek moyang dari film-film monster. Efek khususnya tentu saja sudah ketinggalan zaman bila dilihat sekarang, tapi film ini menjadi peletak bagi film-film yang mengandalkan sajian visual macam begitu. Kisahnya meminjam tema "Beauty and the Beast". Gorila raksasa Kong yang kesepian jatuh hati pada wanita cantik. Namun dunia tak bisa menerima kehadiarannya. Ia tewas, jatuh ditembak dari puncak sebuah gedung. Dari situ kita lantas mendengar ucapan yang terus dikenang dari filmnya: "Oh, no, it wasn't the airplanes. It was Beauty killed the Beast."
Advertisement
Godzilla
2. Godzilla (sutr. Ishirō Honda, 1954)
Dalam bahasa Jepang, monster ini disebut "Gojira" yang diambil dari gabungan kata "gorilla" dan "ikan paus" dalam bahasa Jepang. Meski monster itu akhirnya tak mirip gabungan gorilla dan ikan paus, sineasnya memutuskan tetap memakai "Gojira" karena menyukai nama itu. Hingga kini Godzilla pertama dianggap yang terbaik dari semua film Godzilla yang pernah dibuat. Efek khususnya tentu kalah dari yang versi baru. Namun, ditonton sekarang pun filmnya tetap asyik. Apalagi bila Anda sadar Godzilla dibuat tak sampai sepuluh tahun setelah Jepang menjadi korban bom atom. Sang monster adalah metafora bom atom yang meluluhlantakkan kota dan membinasakan penduduknya. Film ini juga jadi kritik pada bahaya senjata nuklir bagi kemanusiaan.
Monsters, Inc.
1. Monsters, Inc. (sutr. Pete Docter, David Silverman, dan Lee Unkrich, 2001)
Ya, film monster paling asyik ditonton menurut kami bukanlah tentang monster mengamuk, melainkan monster yang bikin tertawa riang. Film ini membayangkan sebuah dunia lain di luar dunia kita di mana teriakan anak-anak ketakutan bisa menjadi sumber energi dan menjadi tugas para monster untuk datang ke kamar anak-anak membuat mereka ketakutan. Di sini kita bertemu Sulley (suaranya diisi John Goodman), monster biru berbulu lebat yang terlihat nyata sampai-sanpai kita ingin membelainya. Konon, Pixar memproses 2.320.413 helai bulu untuk mewujudkan sang monster. Namun, seperti film Pixar lainnya, kecanggihan visual bukan jadi jualan utama. Kita pertama-tama memang jatuh cinta pada karakternya. Sulley menemukan anak kecil bisa jadi menyenangkan dan bukannya untuk ditakut-takuti. Total Film menyebutnya, "from scaring to caring." Lewat film ini pula pesan untuk mencari energi alternatif disampaikan dengan amat baik: Kaum monster berhasil memecahkan masalah energi dengan cara beradab, bukan dengan menakuti anak-anak, tapi membuat mereka tertawa bahagia.
(Ade)
Advertisement