Liputan6.com, Jakarta Pria itu bernama Saptoto, terduduk sederhana di salah satu ruang di kantor liputan6.com dengan blangkon hitam yang menutupi rambutnya. Keberhasilannya sebagai delapan besar The Voice Indonesia sama sekali tak dibahasnya. Dia lebih memilih untuk mengenang masa lalunya yang sarat dengan perjuangan.
"Perjalanan musik saya berawal dari masa-masa saya sebagai pengamen di alkid (alun-alun kidul) Yogyakarta. Dari dua lesehan, hingga akhirnya menjadi tumpah ruah, di sanalah saya benar-benar mempelajari arti dari musik itu sendiri." ucapnya dengan santun.
Dari situ pula, Saptoto mulai berani meneruskan langkah untuk berkuliah di ISI (Institut Seni Indonesia). Gempa besar yang sempat melanda kota Yogyakarta pada 2006 silam juga meyakinkan hatinya untuk berangkat ke Ibukota.
Advertisement
"Hampir semua properti saya hancur terkena gempa. Karena itu saya memutuskan untuk hijrah ke Jakarta." lanjutnya sembari meneguk segelas teh hangat.
Siapa sangka, keputusannya hijrah ke Jakarta tidak lantas sia-sia. Ia mendapat kesempatan untuk meneruskan perjalanan musiknya di kafe sebagai session player untuk penyanyi dan artis Jakarta seperti Julia Perez, The Fly, Nania Idol, Reza Artamevia, hingga Fadli Padi.
Pria kelahiran Yogyakarta, 2 Mei 1984 itu pun sempat mengisi salah satu program religi bersama Ustad Yusuf Mansyur dan Denny Cagur sampai akhirnya terpilih menjadi salah satu peserta The Voice Indonesia di 2013. "Semuanya mengalir saja mas, bahkan sampai saat ini."
Namun, bukan berarti kalau langkahnya sejak terbang ke Jakarta terbilang mudah, ia bahkan sempat merasakan banyak kesulitan ketika awal-awal menginjakan kaki di Ibukota.
"Suka dukanya banyak mas, yang paling teringat adalah saat saya memakan satu mie instan untuk dua hari, separuh saya potong dan direndam dengan air yang banyak, separuhnya buat besok. Kenapa asin? itu biar saya kenyang."
Tapi dari sana, tekad Saptoto untuk terus maju semakin kuat. Hal itu lantas digambarkannya dalam single perdana bertajuk "Allahu Akbar". Tak heran, ketika menyanyikannya di panggung, Saptoto terlihat begitu mendalami setiap lirik yang terdapat di dalamnya.
"Single Allahu Akbar adalah gerbang atau mukadimah bagi saya untuk terjun ke dunia musik. Inspirasinya datang dari perjalanan dan hati, saya yakin siapapun yang pernah merasakan jatuh pasti akan mengerti kebesaran kalimat Allahu Akbar."
Ke depannya, setelah single Allahu Akbar dirilis, Saptoto juga tak ingin berandai-andai dalam mengarahkan musiknya. Ia hanya berharap pribadinya diterima terlebih dahulu di masyarakat sehingga karya-karya berikutnya bisa mengalir seperti seharusnya.
"Setelah ini, saya tidak ingin banyak menerka, takutnya salah, saya juga terbuka pada berbagai kemungkinan karena saya inginnya bukan saya yang mengikuti musik, tetapi musik yang mengikuti perjalanan saya." tutup Saptoto.(Feb/Rul)