Sukses

Ayo Peringati Hari Hijab Sedunia dengan Film Hijabers In Love

Film ini memberi pesan positif tentang betapa mudahnya sesungguhnya menggunakan hijab.

Liputan6.com, Jakarta Hari ini adalah hari yang punya makna besar bagi pemakai hijab di seluruh dunia. Pasalnya, tepat 12 tahun silam, Perancis secara resmi melarang penggunaan hijab bagi warganya. Dan 2 tahun setelahnya di gagas sebuah konferensi di London yang di hadiri sejumlah pemikir Islam, seperti Sheikh Yusuf Al-Qardawi dan Prof Tariq R. Konferensi ini lantas melahirkan 3 keputusan penting, yaitu menggagas rencana aksi untuk membela hak kaum muslimah dalam mempertahankan busana takwa mereka, menetapkan dukungan terhadap penggunaan hijab, dan menetapkan 4 September sebagai International Hijab Solidarity Day.
 
Di berbagai belahan dunia ketika itu, pemakai hijab seringkali mendapat perlakuan diskriminatif. Di Perancis, banyak siswi diberhentikan dari sekolahnya karena bersikeras menggunakan hijab. Di Turki, pemakai hijab tidak akan mendapat perawatan medis.  Dan di Tunisia, mereka yang memakai hijab akan dibawa ke penjara dan disiksa. Kisah yang membuat geram dunia tentang perlakuan diskriminatif ini datang dari Jerman. Ketika Marwa Al-Sharbini di tikam pemuda Jerman keturunan Rusia hingga meninggal dunia di ruang sidang gedung pengadilan Dresden. Saat itu Marwa memberi kesaksian atas kasus penghinaan yang di alaminya hanya karena ia mengenakan hijab.
 
Di Indonesia sendiri ada sebuah kejadian menarik. Ketika sejumlah pekerja seni berjenis kelamin laki-laki menggagas sebuah film yang memberi pesan positif tentang betapa mudahnya sesungguhnya menggunakan hijab. Ichwan Persada [produser dan penulis cerita asli], Firman Baso [produser eksekutif] dan Ario Rubbik [sutradara] mempersembahkan sebuah film berjudul “Hijabers in Love” untuk memperingati Hari Solidaritas Hijab Sedunia dan mengenang perempuan berhijab di seluruh dunia yang sudah mendapat perlakuan diskriminatif atas keteguhan mereka mempertahankan prinsip agamanya.

"Ketika melakukan riset untuk film Hijabers in Love, secara tak sengaja saya membaca sejumlah artikel tentang bagaimana hijabers di beberapa belahan dunia yang mendapat perlakuan tak menyenangkan atas pilihan yang mereka yakini. Meski film yang kami produksi ini bergenre remaja dan dikemas dengan cara populer, namun kami tetap berusaha menyisipkan pesan tentang menghormati pilihan atas keyakinan yang di ambil seseorang," ujar Ichwan.
 
Ditambahkan oleh Firman Baso, bahwa sedari awal mereka menyiapkan 'kejutan' menjelang rilis serentak 'Hijabers in Love' di bioskop seluruh Indonesia. "Kami secara sadar memilih 4 September sebagai tanggal rilis karena ingin menggunakan momentum ini dengan memberi semangat kepada para hijabers di Indonesia dan di seluruh dunia. Film adalah media paling berpengaruh, dan inilah upaya kecil yang kami persembahkan untuk Indonesia," katanya.
 
'Hijabers in Love' juga melibatkan sejumlah hijabers dalam proses produksinya, di antaranya Oka Aurora yang menulis skenarionya dan Jenahara yang untuk pertama kalinya tampil di film layar lebar sebagai ibu guru Mila. Dan hari Rabu kemarin (3/9/2014), akun twitter resmi “Hijabers in Love” (@HijabersInLove) secara massif mentweet sebuah tagar #HIL4IHSD yang berarti Hijabers In Love untuk International Hijab Solidarity Day, dan sempat menjadi trending topic di Indonesia selama beberapa waktu.