Sukses

Jadi Pembicara, Lola Amaria Bawa Revolusi Mental Jokowi

Lola didaulat menghadiri undangan The Asian Consortium 2014 di Hong Kong.

Liputan6.com, Jakarta Memanasnya situasi politik di Hongkong setelah didera 3 minggu demonstrasi tanpa henti tak membuat aktris, yang juga produser Lola Amaria mengurungkan niatnya untuk bertandang kesana. Lola ke Hong Kong  bukan untuk membuat sekuel filmnya "Minggu Pagi di Victoria Park", tapi menghadiri undangan The Asian Consortium 2014.

"Saya diundang sebagai filmmaker untuk menyampaikan pandangan saya tentang berbagai perubahan sosial, baik di Indonesia maupun di Asia. Ada 100 peserta dan 50 pembicara dari 15 negara. Saya dipilih sebagai tokoh muda dibawah 40 th yang berkontribusi dalam dunia sosial lewat film," kata Lola kepada Liputan6.com, via email, Sabtu (18/10/2014).

The Asian Consortium 2014 adalah lembaga sosial yang memiliki jaringan kuat di kalangan pengusaha, inovator sosial, pemerintahan, aktivis dan intelektual. Lembaga yang berpusat di Hongkong ini setiap tahun memberikan kesempatan pada pemikir dan inspirator muda di Asia untuk menyampaikan gagasannya tentang perubahan sosial yang digelutinya.


http://cdn0-e.production.liputan6.static6.com/medias/752979/big/070561100_1413696627-lola_memberikan_penerangan.JPG

Selain Lola Amaria, beberapa pembicara lain datang dari India, Singapura, China, Korea, Jepang, Thailand, Taiwan, Filipina, dan tentunya Hongkong sendiri. Bahkan ada 2 pembicara tamu dari Inggris (Kieron Boyle) dan Amerika Serikat (Kevin Lynch). Konferensi tingkat asia ini berlangsung dari tanggal 18-20 Oktober 2014.

Lalu apa yang disampaikan Lola didepan para pengusaha, intelektual, inovator sosial dan aktivis di asia ini?

"Saya menyampaikan bahwa perubahan sosial itu perubahan mindset dan budaya. Dan itu harus berlangsung terus-menerus. Dalam istilah Pak Jokowi, itu revolusi mental. Salah satu caranya adalah menjadikan film sebagai medium untuk menyebarkan virus perubahan sosial," terang Lola lebih lanjut.

Menurutnya, film dibuat tanpa adanya sekat yang membatasinya, termasuk batas-batas negara. "Film Schindler List mengubah paradigma.  The Asian Consortium menilai film-film saya juga mengubah paradigma lama ke paradigma baru. Film Minggu Pagi di Victoria Park, Sanubari Jakarta, Kisah 3 Titik dan Negeri Tanpa Telinga dinilai mentransformasikan pandangan baru kepada publik Asia," kata perempuan yang semakin matang menekuni profesinya sebagai sutradara ini.

Selain konferensi, seluruh peserta akan diajak mengunjungi beberapa site yang menjadi pilot project inovasi sosial di Hongkong. "Kalau ada yang menarik nanti saya kirim pesan singkat lagi ke teman-teman redaksi," tutup Lola.

Video Terkini