Sukses

Big Hero 6, Kelahiran Sebuah Franchise Superhero Baru

Di Big Hero 6, ilmuwan justru menjadi pahlawan pembela kebenaran dengan alat-alat canggih ciptaan mereka.

Liputan6.com, Jakarta Menonton Big Hero 6, film animasi superhero keluaran Disney terbaru, kita pertama diingatkan bahwa sekarang ini menjadi kutu buku, hingga menyukai teknologi canggih, adalah hal keren. 

Pahlawan yang dipuja dunia saat ini bukan presiden pemimpin negeri atau jenderal panglima perang, melainkan para jenius teknologi. Bill Gates, Steve Jobs, atau Mark Zuckerberg adalah pahlawan-pahlawan masa kini. Nah, coba bayangkan mereka bertiga punya kekuatan super berkat benda canggih ciptaan masing-masing, maka jadilah Big Hero 6.

Dalam berbagai kisah superhero, kekuatan super datang sebagai takdir yang tak bisa dielakkan (Superman terlahir dari bangsa Krypton yang memiliki kekuatan super); kekuatan super juga bisa diusahakan karena si empunya kaya raya (Bruce Wayne jadi Batman karena ia seorang jutawan yang mampu membeli alat-alat canggih); atau kekuatan super juga datang karena tak sengaja (Spider-Man digigit laba-laba hasil mutasi genetik).

Di Big Hero 6, seseorang menjadi superhero lewat cara menciptakan alat sendiri. Dalam banyak cerita superhero, ilmuwan biasanya menyelewengkan kejeniusannya untuk bertindak jahat.

Film ini mengambil jalan cerita lain. Mungkin dengan kesadaran penuh kalau saat ini hidup manusia semakin mudah berkat kejeniusan para ilmuwan, di Big Hero 6 ilmuwan justru menjadi pahlawan pembela kebenaran dengan alat-alat canggih ciptaan mereka.

***

Syahdan, di Big Hero 6, kita bertemu Hiro Hamada (diisi suaranya Ryan Potter), seorang ABG jenius penyuka teknologi robotik yang tinggal di kota San Fransokyo. Alih-alih bergabung dengan kakaknya, Tadashi untuk kuliah di Institut Teknologi San Fransokyo, Hiro lebih asyik memanfaatkan kejeniusannya mengolah teknologi dengan ikut duel liar robot.

Tadashi kemudian meyakinkan Hiro untuk masuk kuliah bersamanya. Di universitas, Hiro bertemu teman-teman sekelas Tadashi yang juga punya ketertarikan pada tekonologi canggih, Gogo, Fred, Honey, dan Wasabi. Para mahasiswa berada dalam bimbingan Profesor Callaghan. Sebagai seorang akademikus, Callaghan punya saingan seorang indistrialis, Alistair Krei.

Big Hero 6 memiliki latar belakang ketegangan klasik antara akademisi dan industriawan. Untuk siapa sebetulnya kemajuan teknologi? Bagi kemaslahatan manusia atau industri dengan kepentingan ekonominya?

Jangan khawatir. Persoalan berat di atas hanya samar tersirat di film. Big Hero 6 yang dibuat duo Don Hall dan Chris Williams ini, adalah hiburan keluarga yang asyik. Setiap anggota keluarga pasti bisa menikmatinya. Mungkin ada yang menikmatinya dengan mencari unsur tersirat di atas, tapi bakal lebih banyak lagi yang menikmati film ini atas aksi seru para superhero Hiro dan kawan-kawannya, terutama robot Baymax yang lembut seperti manisan marshmellow hingga orang-orang ingin memeluknya.

***

Big Hero 6 aslinya adalah karakter superhero milik Marvel. Setelah Disney memiliki Marvel, karakter superhero ini dibangkitkan lagi untuk jadi tontonan keluarga khas Disney.

Langkah Disney terbilang jitu. Big Hero 6 sepertinya bakal jadi franchise baru Disney untuk bersaing dengan franchise Kungfu Panda dan How To Train Your Dragon dari Dreamworks. Big Hero 6 memang belum melampaui kompleksitas cerita superhero dari Pixar, The Incredibles. Namun yang tersaji sekarang rasanya sudah cukup.

Jika film pertama ini sukses besar--dan sepertinya sih, demikian--kita baru saja melihat kelahiran sebuah franchise. Hiro, Baymax, dan kawan-kawannya dipastikan bakal menemani kita di kemudian hari dengan petualangan-petualangan baru mereka. (Ade/Rul)