Liputan6.com, Yogyakarta Bermain musik jazz sebelumnya memang lebih dikenal di wilayah perkotaan. Lantas bagaimana rasanya bermain di pedesaan? Menurut Lutfi, salah satu personel Groove and Roll yang ikut mentas di acara Ngayogjazz 2014 mengaku ketagihan.
"Gila, main di sini unik banget. Kayaknya cuma satu-satunya di dunia ada pementasan musik jazz di desa, ada kandang sapinya juga lagi. Penontonnya juga asyik, banyak, keren lah," ungkap Lutfi kepada Liputan6.com, di desa Brayut, Yogyakarta, Sabtu (22/11/2014).
Sedangkan Shadu Rasidie justru tak asing bermain di acara Ngayogjazz, maklum dia sudah dua kali bermain. Selain alam yang berbeda, peralatan musiknya pun tak kalah dengan musik jazz di perkotaan.
Advertisement
"Alat-alatnya bagus banget loh. Event jazz yang megah saja kalah dengan di sini, pedesaan. Ini festival musik yang paling nyentrik yang pernah ada. Semuanya tampil secara profesional," lanjut Shadu Rasidie.
Festival Ngayogjazz ini menyediakan lima panggung, yang masing-masing diberi nama Jrang Jreng, Dang Dung, Ning Nong, Thang Thing, dan Bang Bung. Dan semua panggung penuh dengan penonton yang ingin menyaksikan para musisi jazz berlaga.
Ternyata, acara ini pun bukan hanya membuat senang para penonton dan musisi, tapi juga bagi pedagang dan tukang parkir. "Dulu, saat Ngayogjazz pertama digelar di sini, ada 50 pedagang, dan mereka bilang laku semua jualannya. Pendapatan juga dari parkir yang ada di sekitar lokasi. Dan pendapatan desa juga bagus, masuk ke kas sekitar Rp 8 juta," ujar Budi Utomo, pendiri desa Brayut, Yogyakarta.(Mer)