Sukses

RIP `The Amazing Spider-Man`, Lalu Bagaimana Masa Depan Spidey?

Dengan bergabung ke Marvel Cinematic Universe, Spider-Man dipastikan bakal dibuat ulang. Seperti apa filmnya?

Liputan6.com, Jakarta Saat Sony Pictures mengumumkan bakal menggabungkan Spider-Man dengan Marvel Cinematic Universe atau jagat sinema Marvel, media di Hollywood sana mengibarkan bendera kuning tanda kematian franchise Spider-Man milik Sony: The Amazing Spider-Man.

Meski belum ada kabar resmi baik dari Sony maupun Marvel Studio soal film baru Spider-Man yang dijadwalkan rilis 2017, media di AS punya dugaan kuat film tersebut tak melanjutkan kisah The Amazing Spider-Man yang sudah dibuat dua film. Kolaborasi Sony dengan Marvel berupa film baru Spider-Man bakal berwujud cerita yang baru.

Keputusan Sony menggabungkan Spider-Man ke jagat sinema Marvel sebetulnya hal yang diangankan fans. Sejak karakter superhero Marvel diangkat ke layar lebar, para superhero ini tersebar di berbagai studio film.

Sebelumnya, X-Men dan Fantastic Four dimiliki 20th Century Fox; Sony Pictures memiliki Spider-Man; sedang Disney lewat bendera Marvel Studio memiliki Hulk, Iron Man, Thor, Captain America, dan semua superhero lainnya.

Setelah Spider-Man bergabung dengan jagat sinema Marvel, praktis tinggal Fantastic Four dan X-Men yang belum bisa gabung karena terkendala dimiliki studio film berbeda.

Kendati senang dengan kesepakatan yang diambil Sony dengan Disney, ada rasa duka yang ikut timbul dari situ. Kita harus mengucapkan selamat tinggal dan rest in peace pada franchise The Amazing Spider-Man.

Selanjutnya>>

2 dari 3 halaman

Nasib Spider-Man di Sony Pictures

Nasib Spider-Man di Sony Pictures

Spider-Man adalah properti yang berharga bagi Sony. Menurut laporan Hollywood Reporter November silam, pendapatan dari penjualan pernak-pernik Spider-Man di seluruh dunia mencapai USD 1,3 miliar (setara Rp 15,9 triliun).

Trilogi Spider-Man pertama yang dibuat Sony dengan sutradara Sam Raimi dan dibintangi Tobey Maguire meraih hampir USD 1 miliar. Saat trilogi tersebut tamat 2007, ia franchise paling sukses di masanya.

Film ketiga Spider-Man buatan Sam Raimi dianggap produk gagal meski menghasilkan banyak uang. Sony kemudian me-reboot membuat ulang kisah Spider-Man dari awal lagi.

Maka, lahirlah The Amazing Spider-Man tahun 2012 atau hanya lima tahun setelah trilogi sebelumnya tamat. Sony tampaknya ingin mengikuti jejak kesuksesan Warner Bros. via DC Comics yang sukses membuat ulang Batman lewat trilogi The Dark Knight.

Hanya saja, The Amazing Spider-Man mengambil arah berbeda dengan hikayat reboot Batman versi Christopher Nolan. Jika Nolan membangun dunia Batman yang lebih gelap sekaligus realis, Spider-Man rasa baru tampaknya hendak mengawinkan formula film remaja dengan kisah superhero. Jika Batman rasa Nolan mewakili keresahan orang akan dunia pasca 9/11 (nine/eleven), Spider-Man versi baru kelihatannya diniatkan sebagai juru bicara generasi millennial, yakni para remaja penyuka Harry Potter, Glee, sekaligus Twilight.

Kita bisa tengok, bagaimana Batman dan Spider-Man memiliki cerita muasal yang mirip: dua-duanya kehilangan orang yang dicintai, yakni figur orangtua (ayah-ibu Bruce Wayne tewas ditembak perampok, begitu juga Paman Ben, ayah angkat Peter Parker). Nolan kemudian menjadikan itu titik balik bagi Bruce Wayne jadi sang pangeran kegelapan yang tak pandang bulu memberantas kejahatan.

Dua pemeran Spider-Man, Tobey Maguire (kiri) dan Andrew Garfield.

Sedang Marc Webb, sutradara The Amazing Spider-Man, membuat kematian Paman Ben bagi Peter Parker bagian dari krisis identitas yang dialaminya sebagai remaja. Selayaknya figur Paman Ben di Spider-Man versi Raimi, Paman Ben versi Marc Webb pun menjadi penjaga moral yang mendengungkan peran senada: “With great power, comes great responsibility.”

The Amazing Spider-Man lahir saat generasi millennial jatuh hati pada Twilight. Maka, pendekatan kisah remaja romantis pun sangat terasa di film tersebut. Terutama film kedua yang memunculkan banyak momen romantis antara Peter Parker (Andrew Garfield) dengan Gwen Stacy (Emma Stone). Pendekatan macam begini sebetulnya sah-sah saja. Sony mungkin sekadar ingin mengikuti tren yang ada.

Tapi, penonton juga sah-sah saja menolak pendekatan begitu. Bagi mereka, mungkin tak sepatutnya superhero begitu larut dalam kisah cinta macam Bella Swan dengan Edward Cullen di Twilight.

Hasilnya, walau dari segi finansial The Amazing Spider-Man 2 (2014) terbilang untung, film kedua dari franchise Spider-Man anyar ini pun divonis sebagai produk gagal. Sony kemudian tak berniat melanjutkan film tersebut.

Padahal banyak yang masih belum selesai dari film kedua. Soal misteri ayah Peter Parker masih belum terjawab semua; di ujung film kedua juga diperlihatkan musuh-musuh yang bakal dihadapi Spider-Man di petualangan berikutnya; serta setelah kematian Gwen Stacy, pada siapa Peter melabuhkan cintanya?

Bahkan saat The Amazing Spider-Man 2 belum rilis, Sony sudah merencanakan merilis film ketiga dan keempat masing-masing 2016 dan 2018. Namun hasil film kedua mengecewakan fans. Dan kini Sony malah menggabungkan Spider-Man ke jagat Marvel. Maka, tidak ada harapan cerita The Amazing Spider-Man diteruskan Marvel.

Selanjutnya>>

3 dari 3 halaman

Nasib Spider-Man di Marvel

Nasib Spider-Man di Marvel

Pertanyaannya kemudian, akan seperti apa kisah Spider-Man setelah bergabung ke jagat sinema Marvel?

Rumor yang beredar, penampilan pertama si manusia laba-laba bakal muncul di film ketiga Captain America, Captain America: Civil War (dijadwalkan rilis 6 Mei 2016). Sesuai cerita komiknya, di episode Civil War, Spider-Man memang turut memegang peran kunci.

Ini berarti, penonton sudah harus mengandaikan, di dunia Marvel sosok Spider-Man sudah ada sejak dulu. Artinya lagi, Marvel takkan repot-repot membuat cerita versi baru Spider-Man dari cerita lama yang sudah diulang dua kali lewat lima film terdahulu (Paman Ben mati dan Peter Parker jadi Spider-Man).

Marvel Studio bakal lebih fokus membangun jagat sinema Marvel dengan kini Spider-Man menjadi bagian di dalamnya tanpa menceritakan hikayat tersebut dari awal lagi.

Di tangan Marvel Studio, Spider-Man bakal punya masa depan cerah. Bukan dalam arti kita bakal melihat stand-alone filmnya setiap dua tahun sekali—hal itu sulit dibayangkan mengingat padatnya jadwal film superhero Marvel Studio.

Meski demikian, kita akan melihatnya menjadi sosok terhormat di jagat sinema Marvel. Spider-Man bakal mendapat posisi kunci ataupun scene stealer di film Avengers seperti Hulk yang baru punya satu film stand-alone sejak masuk jagat Marvel.

Di tangan Marvel Studio, kita harus mengucapkan selamat tinggal pada Andrew Garfield, betapapun asyiknya ia sebagai Spidey. Eranya sudah berakhir. Sungguh menarik menanti siapa yang bakal ditunjuk jadi Spider-Man berikutnya. Apa Tobey Maguire lagi? Atau, bagaimana dengan Jake Gyllenhaal?** (Ade/Mer)