Liputan6.com, Jakarta The Wedding Ringer dibuka dengan sebuah pernikahan ala Amerika. Kita melihat seorang pria kulit hitam berpidato sebelum mengajak bersulang hadirin undangan. Ia menceritakan perjalanan persahabatan yang ia sudah jalani dengan si pengantin pria. Semua orang terharu. Kita melihat wajah bangga pada pengantin wanita, seolah berkata pilihannya menikahi pria yang mulai kini jadi suaminya sangat tepat.
Masalahnya hanya satu, pria kulit hitam itu bukan sahabat si pengantin pria.
Ia cuma pria yang disewa jadi pendamping pengantin pria dan berpidato yang baik-baik di hari pernikahan. Setelah acara selesai, ia dapat uang.
Advertisement
Itulah bisnis yang dilakoni Jimmy, tokoh kita di The Wedding Ringer yang diperankan komedian yang tengah naik daun di AS sana, Kevin Hart.
Syahdan, kita juga bertemu Doug Harris (diperankan Josh Gad). Seminggu lagi ia akan menikah. Tapi belum punya pendamping pengantin pria. Ia tak punya teman dekat. Sejumlah kenalan sudah ia telepon, tapi semuanya menolak. Maka, hanya ada satu orang yang bisa menolongnya: Jimmy Callahan.
Doug tidak hanya berniat menyewa Jimmy seorang, tapi ia minta tujuh pengiring pengantin pria untuk menemani di pernikahannya dengan Gretchen (Kaley Cuoco-Sweeting). Istilahnya "The Golden Tux". Maka, menjadi tugas Jimmy mencari kawan-kawan lainnya untuk mewujudkan hal tersebut.
Sampai di sini, The Wedding Ringer mengambil plot cerita kisah heist atawa aksi gerombolan orang yang tengah bersiap merampok bank atau kasino. Jimmy Callahan bak karakter Danny Ocean di trilogi Ocean Eleven. Hanya ya itu tadi, misinya bukan merampok bank melainkan menaklukkan acara pernikahan.
Pertama, Doug harus disiapkan mengenal "teman-teman" barunya, termasuk Jimmy. Doug kemudian jalan bareng dengan Jimmy serta teman-temannya. Doug pun jadi punya teman betulan.
Sebetulnya, The Wedding Ringer mudah ditebak. Sejak awal kita bisa menduga bagaimana kisahnya akan berjalan. Doug akan bersahabat betulan dengan Jimmy. Pun dengan acara pernikahannya bersama Gretchen.
Komedi romantis pernikahan sudah beberapa kali dibuat Hollywood. Pada 1990-an akhir hingga pertengahan 2000-an kita disuguhi My Best Friend Wedding, Runaway Bride hingga Wedding Crasher.
Setelahnya, Hollywood jarang membuat komedi romantis model begini. Penyebabnya, adalah sukses komedi dewasa The Hangover (2009). Mungkin Hollywood merasa kini bukan zamannya lagi bikin film komedi ringan berlatar acara pernikahan. Orang suka komedi dewasa yang humornya jorok dan kasar. Sukses The Hangover yang dibuat sampai tiga jilid kemudian berkembang ke film sejenis macam Bridesmaids (2011) dan macam-macam lagi.
Tapi memang selalu ada anti tesis atas segala hal. Ketika komedi dewasa kian jamak dibuat, komedi ringan yang punya hati atau "a light comedy with heart" terasa jadi tontonan alternatif.
Heran juga sih sebetulnya Hollywood masih mau bikin film komedi ringan begini. Mungkin itu sebabnya konon naskah film ini mangkrak selama 10 tahun tanpa ada studio yang ingin mewujudkannya jadi film.
Namun, di sini justru nilai tambahnya. Kisah-kisah ruwet dan bertema dewasa kini sudah terasa biasa di genre ini. Menonton The Wedding Ringer adalah hiburan ringan yang juga terasa nostalgik. Film karya Jeremy Garelick ini punya nuansa cerita romantis nan manis dengan pesan universal: bahwa kejujuran atas segalanya dan cinta sejati tak perlu didasari pamrih.
Hollywood pernah terasa ringan dulu. Dan kini mereka ingin mengajak kita kembali pada masa-masa itu lewat The Wedding Ringer. Sebuah undangan yang patut Anda pertimbangkan… (Ade/Mer)