Liputan6.com, Jakarta Oke, bagaimana sebaiknya saya memulai ulasan Fast & Furious 7 ini? Hm…
Yang harus dipahami bersama terlebih dahulu adalah Fast & Furious 7 sebetulnya sebuah film yang tak membutuhkan sebuah ulasan atau resensi film. Jika resensi berarti menjadi bahan pertimbangan calon penonton untuk menonton sebuah film, maka mengulas Fast & Furious 7 sejatinya sebuah langkah sia-sia.
Sebab, bagaimanapun seorang pengulas memperingatkan untuk menghindari film ini, penonton akan tetap membludak. Ibarat mobil anti peluru, Fast & Furious 7 adalah film anti kritik.
Advertisement
Fast & Furious 7 sudah bukan lagi menjelma sebagai sekadar sebuah film. Franchise ini sudah begitu dicintai penduduk Bumi. Kehadirannya di bioskop menjadi sebuah peristiwa sinema, a cinematic event, yang wajib dirayakan pecinta film baik pria dan wanita.
Penonton pria dihibur aksi kejar-kejaran mobil, tembakan dan baku hantam khas film aksi, plus cewek-cewek seksi bersliweran. Yang wanita dihibur oleh pemeran-pemeran pria yang macho sekaligus penyayang keluarga.
Film Fast & Furious 6, memberi arti lebih bagi kita di Indonesia lantaran ada aktor Joe Taslim ikut main dan punya peran penting di film.
Namun yang membuat film ketujuh kemudian lebih dari sekadar film adalah kematian tragis salah satu bintangnya, Paul Walker pada November 2013 saat filmnya belum rampung dibuat.
Kematian Paul Walker yang mendadak akibat kecelakaan mobil membuat publik terhenyak. Ia seorang aktor yang bereputasi baik, murah hati dan dermawan, serta tak pernah masuk laman gosip Hollywood karena berulah.
Selama satu setengah tahun ini kemudian kita masih berduka dan mungkin masih setengah tak percaya Paul Walker telah tiada.
Dan ketika Fast & Furious 7 rilis di bioskop, kita—penggemar franchise ini sekaligus yang masih merasa amat kehilangan aktor kesayangan kita—seperti punya kewajiban moral untuk datang ke bioskop menontonnya.
Dari sini filmnya tak lagi sekadar film. Datang ke bioskop menonton Fast & Furious 7 adalah sebuah acara--yang diistilahkan dalam bahasa Inggris sebagai--"memorial service", untuk mengenang kepergian orang yang kita cintai, sambil merayakan kenangan manis kita saat bersamanya.
Itu sebabnya, Fast & Furious 7 adalah sebuah film anti kritik. Menonton filmnya di bioskop seperti menziarahi makam Paul Walker. Seorang pengulas film tak punya cukup kekuatan mencegah orang berziarah.
***
Maka, pertanyaan yang kemudian paling ingin diketahui para "peziarah" (baca: penonton) Fast & Furious 7 adalah bagaimana film ini memperlakukan kepergian Paul Walker yang mereka cintai?
Â
Â
Bagaimana Paul Walker "Dimatikan"
Saya bisa saja membocorkan detilnya lantaran sudah nonton duluan. Namun, saat itulah seorang pengulas film telah berbuat jahat pada "peziarah" film ini. Lagipula, saya tak sampai hati melakukan itu.
Yang saya bisa bilang, Fast & Furious 7 telah dengan amat baik memberi kita sebuah seremoni perpisahan bagi Paul Walker. A closure to our beloved star.
James Wan, sutradara film horror ini (Saw, Insidious 1 dan 2 serta The Conjuring) telah menunaikan sebuah tugas yang maha berat sebagai pemegang tongkat komando proyek film ketujuh ini: menyuguhkan film aksi kejar-kejaran mobil yang seru sambil pula sebuah tribute bagi salah satu aktornya.Â
Sebagai sebuah film aksi, ada banyak adegan laga yang bakal bikin Anda bertepuk tangan lantaran tak percaya pada pemandangan di depan mata. Sedang sebagai sebuah penghormatan, film ini telah memberi kita salam perpisahan yang manis dan mengharukan.
Meski sebagian besar dari kita sudah tahu di sebagian film sosok Paul Walker diganti dua saudara kandungnya, Cody dan Caleb, kita seolah tak merasakan hal itu. Efek CGI membuat yang kita saksikan di layar sepanjang film adalah Paul Walker. Lain tidak.Â
***
Kita sedikit banyak sudah mengira-ngira akan seperti apa kisah film ketujuh Fast & Furious.
Filmnya adalah lanjutan cerita film keenam. Setelah penjahat Owen Shaw berhasil dibekuk polisi, sang kakak Deckard Shaw (John Statham) hendak membalas dendam pada Dominic Toretto (Vin Diesel) dan komplotannya.
Di after credits film keenam kita sudah melihatnya. Saat franchise ini berhasil menautkan film ketiga, The Fast and The Furious: Tokyo Drift dengan film keenam, yakni ketika Han (Sung Kang) tewas.
Kita tahu pembunuh Han adalah Deckard Shaw. Kita juga sudah melihatnya menelepon Dom.
"You don’t know me… but you’re about to—Kau belum mengenalku… tapi kau akan segera mengenalku," kata Deckard menelepon Dom.
Di film ketujuh kita tahu apa yang terjadi selanjutnya. Deckard rupanya sudah mengirim sebuah paket berupa bom ke rumah Dom. Akibatnya, rumah Dom hancur luluh lantak. Beruntung Dom, adiknya Mia (Jordana Brewster), serta Brian O’Conner (Paul Walker) dan anak Mia-Brian selamat.
Paul Walker tak langsung dimatikan di adegan awal filmnya.
Nah, yang kemudian sepanjang film saya rasakan adalah bagaimana perasaan saya diaduk-aduk oleh sineasnya, bertanya-tanya apa di adegan berikut karakter Brian dimatikan dan film berubah menjadi ajang aksi balas dendam.
Sekali lagi, adalah sebuah kejahatan bila saya bocorkan bagaimana Fast & Furious 7 memberi salam perpisahan pada mendiang Paul Walker.
Yang jelas, ada perasaan lega pada keputusan kreatif yang diambil sineas filmnya.
Dan ketika di layar muncul gambar-gambar saat Paul Walker di film-film Fast & Furious terdahulu serta muncul tulisan "FOR PAUL" di ujung film, Anda, para "peziarah", mungkin sekali tak kuasa menitikkan air mata.*** (Ade/Mer)
Â
Baca juga:
10 Metamorfosis Paul Walker Sejak Kecil Hingga Jelang Wafat
Setahun Paul Walker Meninggal, Lihat Kenangannya di Berbagai Film
Paul Walker Ulang Tahun, Meadow Walker Luapkan Rasa Rindunya
Fast & Furious 7 Rampung Digarap, Paul Walker Selalu Diingat
Rincian Kematian Paul Walker Terkuak
Credit foto-foto adegan dok. Universal.
PEMBETULAN: Ulasan ini sebelumnya menyebut ada post credit scene.Â
Advertisement