Liputan6.com, Jakarta Bagi penggemar Blink 182, keberadaan Angels and Airwaves memiliki pengartian ganda. Pasalnya, meski sebagian orang menyebut Angels and Airwaves sebagai puncak kreatifitas Tom DeLonge, sebagiannya lagi menganggap band itu tidak lebih dari duri dalam daging.
Tidak heran, kalau melihat arah bermusik Blink 182 yang banyak berubah usai menelurkan album keenam (Neighborhood), banyak yang menyalahkan Tom DeLonge dan Angels and Airwaves atas perubahan tersebut.
Advertisement
Apalagi, selain berdiri sewaktu Blink 182 hiatus, band ini juga belakangan dituding sebagai salah satu penyebab dikeluarkannya Tom DeLonge dari bandnya sendiri.
(Tom DeLonge, pencipta Angels and Airwaves)
Pertanyaannya, jika sedikit mengenyampingkan drama perpecahan di tubuh Blink 182, masih mampukah album terbaru Angels and Airwaves ini mendapat tempat di hati pendengar musik?
Selanjutnya
Angels and Airwaves - Dream Walkers
Sebelum memasuki inti dari album, perlu diketahui kalau Angels and Airwaves sudah memiliki lima album sejak pertama kali berdiri di tahun 2005.
Sepanjang perjalanan itu pula, band yang merupakan gabungan dari personel Blink 182, Thirty Seconds to Mars (Matt Wachter), The Distillers (Ryan Sinn), dan The Offspring (Atom Willard) tersebut kerap mengalami perpecahan hingga akhirnya tersisa empat musisi saja.
Yakni Tom DeLonge selaku sang pendiri, David Kennedy dari Box Car Racer, Ed Breckenridge (personel baru), serta Illan Rubin yang sempat melanglang buana bareng Lost Prophets.
(Formasi awal Angels and Airwaves)
Nah, berhubung Ed dan David memutuskan absen di proyek The Dream Walker, album kelima ini lantas menjelma menjadi eksperimen habis-habisan Tom bersama Illan Rubin.
Kontan, dibanding empat album sebelumnya yakni We Don't Need to Whisper (2006), I Empire (2007), Love Part I (2010), dan Love Part II (2011), album The Dream Walker memiliki sound yang jauh lebih beragam, bahkan berani keluar dari batasan musik Angel and Airwaves itu sendiri.
(Illan Rubin, drummer pengganti Atom Willard)
Tak percaya? coba simak track-track paten macam Bullets In The Wind, Anomaly, hingga Kiss With a Spell yang mengingatkan kita akan gaya bermusik Pink Floyd.
"Album Dream Walker boleh disebut sebagai album terbaik yang pernah kubuat. Baik secara musik, secara lirik, maupun dalam bentuk evolusi musik," tutur Tom memuji album ke-5 Angels and Airwaves.
Advertisement
Selanjutnya
Secara keseluruhan, album dengan 10 track ini bisa menjadi jawaban tentang seberapa sayang Tom pada dunia Angels and Airwaves. Tak hanya melulu soal musik, karya-karyanya di album The Dream Walker juga dia selaraskan dengan bentuk seni lain seperti animasi pendek, hingga komik berseri.
Sayangnya, gara-gara status Angels and Airwaves sebagai band indie. Agak sulit rasanya untuk dapat mendapatkan album The Dream Walker di Indonesia. Namun demikian, dengan watak Tom yang gemar memperdengarkan lagu-lagunya secara cuma-cuma, kamu tidak perlu takut ketinggalan album yang satu ini.
Selain tersedia di iTunes, kesepuluh lagunya juga bisa kamu dengarkan secara gratis lewat situs berbagi video YouTube.(Feb)