Liputan6.com, Los Angeles Aktor Jason Statham baru saja berbagi pendapatnya dalam sebuah wawancara bersama situs Italia I400CalCi mengenai film-film laga. Sembari berbicara tentang film barunya, Spy, bintang Transporter itu turut mengkritik franchise film superhero Marvel Studios.
Dilansir dari Ace Showbiz, akhir pekan lalu, aktor 47 tahun itu menganggap penggunaan citra hasil komputer atau CGI (computer-generated imagery) dalam franchise tersebut kurang layak dijadikan adegan laga.
Kritik terhadap adegan aksi, dilontarkan Statham dengan mengatakan, "Setiap orang dapat melakukannya. Saya tidak punya ambisi. Maksudnya, saya bisa memanggil nenek saya dan memakaikannya jubah dan kemudian membuatnya berada di layar hijau, dan mereka akan memasukkan pemain pengganti yang datang untuk melakukan semua aksi."
Sang aktor pun berpikir bahwa teknik semacam itu bisa dilakukan semua orang secara mudah. "Siapa saja bisa melakukannya. Mereka mengandalkan pemain pengganti dan layar hijau dan anggaran USD 200.000.000 (Rp 2,67 triliun). Itu semua buatan CGI," tegasnya.
Sambil menyebut teknik laga di franchise film Marvel sebagai sesuatu yang 'tidak asli', Statham pun menyatakan bahwa ia akan terkesan jika adegan aksinya dilakukan oleh bintang asli, bukan menggunakan pemain pengganti atau CGI.
Meskipun begitu, nama Jason Statham dilaporkan sedang dalam tahap negosiasi untuk memerankan karakter Bullseye di musim kedua Daredevil garapan Marvel dan Netflix. Sumber lain justru menyebutkan perjanjian tersebut dibatalkan studio karena keterlibatannya sudah keburu tercium. Belum ada konfirmasi resmi mengenai hal itu.
Advertisement
Aksi Jason Statham masih bisa disaksikan di bioskop-bioskop tanah air melalui film komedi mata-mata bertajuk Spy. Film ini juga melibatkan bintang-bintang lain seperti Melissa McCarthy, Jude Law, Rose Byrne, Bobby Cannavale, Morena Baccarin, 50 Cent, dan Allison Janney. Rencananya, Spy telah tiba di bioskop termasuk Indonesia sejak 22 Mei 2015. (Rul/Feb)