PERAN jahat kerap dilakoni Roweina, Nessa Sardin, dan Irene. Citra itu pun kiat lekat di mata pemirsa. Kendati kerap dicap miring, tetap terselip sebuah kebanggaan. Jasa mereka diperlukan karena jadi kunci alur cerita. Meskipun cuma sebagai peran pembantu.
Bukan hal yang mudah mengekspresikan sosok jahat. Tapi mereka punya keuntungan. Bisa jadi dengan sifat bawaan peran antagonis mengalir tanpa kesulitan. "Mungkin karakter muka saya dianggap rada judes, jutek," kata Irene.
Sebagai artis, mereka ingin total pada setiap peran. Tapi apa daya ketika Nessa, Roweina, dan Irene mengalami kejadian pahit. Roweina berulangkali diomeli pemirsa dan Irene pernah dilempar botol minuman. Bahkan, kisah cinta Nessa tak jarang kandas di tengah jalan. "Gue lagi jatuh cinta. Tiba-tiba ibunya (ibu sang pacar) tanya, siapa pacar kamu Nessa Sardin? Oh yang galak itu?" ucap Nessa mengenang.(As)
Bukan hal yang mudah mengekspresikan sosok jahat. Tapi mereka punya keuntungan. Bisa jadi dengan sifat bawaan peran antagonis mengalir tanpa kesulitan. "Mungkin karakter muka saya dianggap rada judes, jutek," kata Irene.
Sebagai artis, mereka ingin total pada setiap peran. Tapi apa daya ketika Nessa, Roweina, dan Irene mengalami kejadian pahit. Roweina berulangkali diomeli pemirsa dan Irene pernah dilempar botol minuman. Bahkan, kisah cinta Nessa tak jarang kandas di tengah jalan. "Gue lagi jatuh cinta. Tiba-tiba ibunya (ibu sang pacar) tanya, siapa pacar kamu Nessa Sardin? Oh yang galak itu?" ucap Nessa mengenang.(As)