Liputan6.com, Jakarta Rio Dewanto ikut sumbang pengalaman soal kurangnya dukungan pemerintah terhadap perfilman nasional. Salahsatu contoh, ialah ketika Rio melihat booth Indonesia di festival film internasional Philipina tak memuat informasi apapun soal karya-karya sineas Indonesia.
"Saya lihat sendiri booth film Indonesia saat salah satu ajang festival film internasional di Filipina tidak dimanfaatkan untuk mempromosikan film-film kita. Malah terlihat kosong bahkan dijadikan tempat untuk pijat," ucap Rio Dewanto, di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (30/7/2015).
Advertisement
Suami Atiqah Hasiholan ini menuturkan, pemerintah perlu aktif dalam memajukan perfilman nasional. Mengingat, di Indonesia sudah banyak lahir sineas-sineas muda yang sangat kreatif. Sayang bila potensi ini tidak difasilitasi negara.
Yang patut diingat, lanjut Rio, Indonesia segera menghadapi pasar MEA (Masyarakat Ekonomi Asia). Kondisi ini akan membuat film-film Asia lebih bebas masuk ke Indonesia karena keringanan pajak.
"Apa proteksi pemerintah dalam menghadapi MEA belum terdengar banyak. Padahal ini sebuah tantangan untuk industri film Indonesia," jelas Rio.
Tahun ini, sineas Tanah Air memang terpukul dengan kondisi perfilman nasional yang kurang menguntungkan. Masyarakat disebut kehilangan kepercayaan dengan film karya anak negeri. Imbasnya hingga pertengahan tahun, baru satu judul film yang meraih penjualan tiket di atas satu juta penonton. (Jul/Mer)