Sukses

REVIEW The Man from U.N.C.L.E., `Back to '60s` ala Guy Ritchie

Sukses menafsir ulang Sherlock Holmes, Guy Ritchie punya tafsir asyik buat The Man from U.N.C.L.E..

Liputan6.com, Jakarta Serahkan saja pada Guy Ritchie. Begitu ungkapan yang dirasa pas usai nonton film ini, The Man from U.N.C.L.E., karya teranyar mantan suami Madonna itu.

Sekitar 20 tahun lalu, niatan mengangkat serial TV tahun 1960-an ke versi layar lebar mewabah di Hollywood. Awalnya, Tom Cruise sukses membuat versi modern dari Mission: Impossible pada 1995.

Percobaan berikutnya, Val Kilmer berperan sebagai Simon Templar, agen mata-mata yang pandai menyamar dari serial TV The Saint—pernah diperankan Roger Moore pada 1960-an—yang diangkat ke film layar lebar pada 1997. Hasilnya lumayan, meraup USD 169,4 juta saat edar di bioskop.

 Adegan film The Man from U.N.C.L.E. (dok. Warner Bros..)

Lalu, Hollywood kian tergiur mengangkat serial aksi spionase tahun 1960-an. Serial The Avengers rilis versi layar lebarnya tahun 1998. Terdengar juga kabar The Man from U.N.C.L.E. bakal dibuat. Tapi, The Avengers yang bersetting 1960-an dan dibintangi Sean Connery, Ralph Fiennes dan Uma Thurman itu malah jadi bencana buat Warner Bros. selaku studionya. Kritikus film tak menyukainya. Begitu juga penonton. Bujet USD 60 juta hanya kembali USD 48 juta dari peredaran di seluruh dunia. Film itu pun segera dilupakan orang.

Bencana yang menimpa The Avengers lalu membuat Warner Bros. berpikir ulang untuk mengangkat film lain dari serial TV berjenis sama. Setelahnya, nasib niatan mengangkat ke layar lebar The Man from U.N.C.L.E. pun terkatung-katung. Baru tujuh belas tahun kemudian niatan itu terwujud. Guy Ritchie yang berhasil mewujudkannya.         

Dan mungkin hanya dia seorang yang bisa.Guy Ritchie, sutradara Inggris nan nyentrik. Selain pernah jadi suami Madonna dan membuat film Swept Away yang buruk, ia juga sudah membuat film-film asyik macam Lock, Stock and Two Smoking Barrels, Snatch, Revolver dan RocknRolla.

Trailer baru The Man from U.N.C.L.E. menggambarkan aksi dua agen rahasia Amerika dan Rusia menyusup ke dalam organisasi kriminal berbahaya.

Tapi bagi banyak orang kini ia paling dikenal atas tafsirnya yang nyeleneh atas detektif paling tenar sejagat asli Inggris, Sherlock Holmes. Alih-alih memilih aktor Inggris, Ritchie menunjuk Robert Downey Jr., aktor Hollywood yang baru saja bangkit dari keterpurukan karier. Downey Jr. baru sukses mengangkat peran Iron Man-nya Marvel. Ia tak dituntut beraksen Inggris. 

Karena tafsir Ritchie sama sekali baru dan mendekonstruksi gambaran kita atas Sherlock Holmes sebelumnya.     

Dalam tafsir Ritchie, Sherlock Holmes bukan pria Inggris kaku yang selalu mengenakan topi pemburu atau merokok dengan cangklong.

Trailer baru The Man from U.N.C.L.E. menggambarkan aksi dua agen rahasia Amerika dan Rusia menyusup ke dalam organisasi kriminal berbahaya.

Sherlock Holmes versi Ritchie justru mirip pria Amerika yang banyak tingkah dan banyak omong, karakter yang mungkin hanya bisa dimainkan Downey Jr.. Selain gambaran Holmes yang beda, kisah Sherlock Holmes versi Ritchie juga terasa kontemporer hingga terasa dekat dengan masyarakat kiwari.

Hal ini kiranya yang membuat ia terasa cocok menyutradari The Man from U.N.C.L.E.. Kali ini, Ritchie memilih dua nama yang punya masa depan cerah di Hollywood: Armie Hammer dan Henry Cavill. Hammer, kita tahu, mencuri  perhatian di The Social Network. Tapi sayang, film besar yang ia bintangi setelahnya bareng Johnny Depp, The Lone Ranger tak disukai penonton dan kritikus. Sedang, Cavill yang asli Inggris, berhasil memerankan pahlawan super kebanggaan Amerika, Superman. Ia punya masa depan cerah untuk terus memerankan Superman di jagat sinema DC.

Adegan film The Man from U.N.C.L.E. (dok. Warner Bros..)

Pertanyaannya kemudian, bagaimana tafsir Guy Ritchie atas serial tahun 1960-an ini? Apa ia se-nyeleneh saat menafsir Sherlock Holmes?

Yang membuat terkejut, Ritchie justru mengambil langkah berbeda dibanding waktu membuat Sherlock Holmes tahun 2009 silam. The Man from U.N.C.L.E. versi layar lebar garapannya justru bersetia pada gaya film 1960-an. Yang menjadi rujukannya adalah film-film aksi spionase era itu.

Maka, menontonnya seperti sedang menyaksikan film James Bond tahun 1960-an saat masih diperankan Sean Connery. Plotnya tergolong maju bagi sebuah acara TV yang lahir di puncak Perang Dingin Amerika versus Uni Soviet.

Dalam trailer The Man from U.N.C.L.E., kita diperkenalkan pada konflik Perang Dingin yang berpusat pada agen CIA Amerika dan agen KGB Rusia.

Kreator serialnya membayangkan, bagaimana jadinya bila mata-mata Amerika dan Uni Soviet bekerjasama menggulingkan penjahat internasional. Armie Hammer berperan sebagai agen KGB Uni Soviet Illya Kuryakin, sedang Henry Cavill berperan sebagai saingan yang kemudian jadi partner, agen CIA Napoleon Solo. Bos mereka di CIA dan KGB menugaskan Kuryakin dan Solo bekerjasama mencegah pihak swasta membuat bom atom. Mereka dibantu Gaby (Alicia Vikander), seorang cewek Jerman Timur yang ayahnya bekas ikmuwan atom Nazi yang sedang ditawan untuk membuat bom atom.

Sebagai sebuah film aksi spionase, banyak hal-hal yang sudah kita hapal dalam film spionase, nongol di The Man from U.N.C.L.E. seperti lokasi-lokasi eksotis ataupun mobil-mobil keren. Sebagai film bersetting awal 1960-an yang lahir di dekade kedua abad ke-21, filmnya kemudian memperlakukan era itu dengan cara pandang berupa rasa kagum sedikit berlebihan.

Dalam trailer The Man from U.N.C.L.E., kita diperkenalkan pada konflik Perang Dingin yang berpusat pada agen CIA Amerika dan agen KGB Rusia.

Tengok saja pakaian yang digunakan para pemainnya. Departemen kostum terlihat betul menonjol kerjanya, hingga membuat film ini bak pameran fashion era itu. Melihatnya, kita seperti membuka lembaran majalah mode edisi khusus back to early ‘60s atau era Mad Men, serial TV tentang kehidupan awal 1960-an.

Namun, tafsir Ritchie tak sampai pada gaya busana saja. Filmnya juga memerlihatkan kesederhanaan film era itu. Ia tak berniat membuat kisah spektakuler di era Victorian macam yang dilakukannya dahulu di Sherlock Holmes. Ia justru membuat filmnya seolah sedang dibikin di era itu.

Makanya, bagi yang terbiasa dengan film spektakuler khas musim panas, The Man from U.N.C.L.E. mungkin terasa kurang heboh. Tapi coba tengok dari perspektif lain, film ini semacam surat cinta untuk film-film spionase era 1960-an. Sebagai sebuah tribute alias penghormatan, film ini tafsir yang asyik. Sekali lagi Guy Ritchie menunaikan tugasnya dengan baik.** (Ade/Rul)