Sukses

Sweet As Revenge Heran dengan Band yang Pura-pura Indie

Bagi Sweet As Revenge, indie bukanlah jalur yang mudah untuk sebuah band.

Liputan6.com, Jakarta 13 tahun berdiri, tepatnya sejak 2003 silam, Sweet as Revenge tentu telah banyak makan asam garam. Band indie beraliran emo ini juga pernah mengalami pergantian personel dan merasakan kerasnya persaingan di industri musik tanah air.

Tak heran, mereka sedikit terperangah tatkala melihat polah sejumlah band yang berpura-pura indie. Bagi Sweet as Revenge sendiri, indie bukanlah ajang pamer, melainkan salah satu cara musisi untuk memperjuangkan karyanya.

Baca juga: Sweet As Revenge, Ketika Dendam Berbuah Karya

Sweet As Revenge (Source: Facebook.com)

"Kalau melihat band yang kepaksa jadi indie, ya sudahlah, mungkin industrinya lagi nggak bener. Tapi kalau sok-sokan jadi indie itu g*****. Jadi indie itu nggak enak, miskin. Panggung sih banyak, tapi fee nggak gede. Kalau ngomong bisnisnya ada lah, tetapi juga nggak se-settle major label," jujur sang Gitaris, Qzoot saat ngobrol bareng Liputan6.com baru-baru ini.

Ditambahkan Qzoot, jalur indie juga perlahan-lahan akan memaksa masing-masing band untuk lebih kreatif. Terlebih dengan keadaan saat ini dimana media sosial sudah menjadi sebuah jembatan universal.

Baca juga: Tips Bikin Lagu dari Endank Soekamti

Sweet As Revenge (Source: Facebook.com)

"Iya, kalau indie tuh mau nggak mau kita harus adu kreatif dengan band indie lainnya. Sekarang juga ada media sosial seperti Twitter, Facebook, dan lain-lain. Apapun sekarang bisa lu lakukan. Dan dampaknya juga langsung luas, bukan hanya ke negara sendiri saja," timpal sang vokalis, Dinand.(Feb)