Sukses

Menyisipkan Unsur Tradisional, Letto Yakin Laku

Letto memang mengusung genre musik pop yang berasal dari Barat. Namun, kelompok musik asal Yogyakarta ini rupanya tidak tercerabut dari akar budayanya. Dalam album terbaru mereka berjudul <em>Letho Logica</em>, grup band ini memadukan unsur musik Minang dan Bali.

Letto memang mengusung genre musik pop yang berasal dari Barat. Namun, kelompok musik asal Yogyakarta ini rupanya tidak tercerabut dari akar budayanya. Dalam album terbaru mereka berjudul Letho Logica, grup band ini memadukan unsur musik Minang dan Bali. Nuansa musik kedua etnis ini dipilih bukan karena lebih bagus dibanding musik etnis lain. Melainkan Minang dan Bali lebih cocok dipadukan dalam lagu-lagu Letto kali ini. Rencananya, album Letho Logica mulai dilempar ke pasaran mulai hari ini. Demikian diungkapkan Noe di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (6/1).

Meski menyisipkan musik tradisional, Noe yakin, tembang-tembang di album Letho Logica tetap memiliki kekuatan untuk menjadi hits seperti sebelumnya. Sebab, Letto tidak mengubah corak bermusik, melainkan menambah referensi musik.

Letto juga masih tetap menggarap tema lagu dengan serius. Salah satu dalam album Letho Logica berjudul sama menceritakan sebuah perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Berdasarkan Wikipedia, Lethologica adalah kekacauan (disorder) psikologis yang menyebabkan seseorang tak mampu mengungkapkan pemikiran karena lupa sebuah kata kunci, kalimat, atau nama dalam sebuah percakapan.

Menurut Noe, lagu-lagu dalam album tersebut tidak ada hubungannya dengan cinta. Namun bisa saja diterjemahkan sebagai suatu bentuk cinta. Pernyataan tersebut lantas diamini para personel Letto lain, Agus Riyono alias Patub (gitar), Ari Prastowo atau Arian (bass), dan Dedi Riyono atau Dhedot (drum).(Bjk)