Liputan6.com, Bali - Musisi asal Bali, Jerinx belakangan identik dengan gerakan menolak Reklamasi Teluk Benoa. Meski sempat mengalami teror serta larangan manggung, drummer Superman Is Dead sekaligus vokalis Devildice itu tetap bertahan pada ideologinya.
Bagi Jerinx, perjuangannya menolak Reklamasi Teluk Benoa bukan tanpa sebab. Sebagai warga asli Bali, Jerinx khawatir dengan dampak yang akan terjadi bila reklamasi tersebut benar-benar dilakukan.
Advertisement
"Tidak diuruk pun ketika hujan sudah banjir. Belum lagi mereka bilang akan mendatangkan 250 ribu pekerja. Itu mau ditaruh di mana sementara Bali Selatan sudah crowded mendekati Jakarta. Anda tahu sendiri khan kemacetannya sudah bisa dibilang beda 30% dengan di Jakarta. Dan beban kemacetan kan berat, bisa bikin stres, gila, depresi, kriminalitas segala macam," ucap Jerinx ketika ngobrol bareng Liputan6.com di kawasan Teuku Umar, Bali.
"Sudah dilakukan juga kajian dampak sosial oleh Universitas Udayana Bali. Dan hasilnya, mereka menyatakan kalau proyek itu tidak layak dilaksanakan," lanjutnya.
Kini, setelah tiga tahun berlalu, seruan Jerinx menentang Reklamasi masih terdengar di panggung-panggung musik. Pelantun Memories of Rose ini pun bertekad untuk terus mencari dukungan baru agar apa yang diperjuangkannya selama ini tidak lantas kandas di tengah jalan.
"Perjuangan kami tiga tahun lebih ini sudah bukan tentang kalah dan menang. Apapun hasilnya nanti, yang penting kami sudah berusaha. Saya juga terkadang capek, ini kapan selesainya. Tetapi bagi masyarakat Bali, atau siapapun yang sayang dengan Bali, ini adalah masalah personal. Mereka hendak mengancurkan sesuatu yang indah," pungkas Jerinx.
Â